Hasil Panen Padi Diprediksi Menurun hingga Akhir Tahun

Kepala Dispertan Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur
Kepala Dispertan Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur. (FADILA INTAN QUDSTIA/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Dinas Pertanian (Dispertan) Kota Semarang memprediksi, pada September hingga Desember mendatang Kota Atlas akan mengalami penurunan hasil panen padi. Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang (Dispertan), Hernowo Budi Luhur mengungkapkan, hal tersebut disebabkan lantaran suhu pada musim kemarau di Kota Semarang kian meninggi.

“Selain itu yang jelas berpengaruh itu ketersediaan air. Karena kemarau ini kan beberapa lahan sawah para petani tidak berani menanam karena tidak ada airnya,” ucapnya saat dihubungi Joglo Jateng, Selasa (5/9/23)
.

Meski begitu, kata Hernowo, ada beberapa hasil urban farming yang bisa dipanen dengan baik. Seperti cabai, melon, dan semangka.

“Kalau sambil disiram dengan baik dan teratur malah panennya bagus karena jarang diserang jamur,” terangnya.

Ia mengungkapkan, saat ini para petani padi tengah mengharapkan turunnya hujan. Beberapa petani juga telah mencoba beralih menanam jagung untuk sementara waktu.

“Karena kembali lagi sumber air kita juga terbatas. Sehingga sawah juga gak berani nanem,” ungkapnya.

Dirinya mengimbau kepada masyarakat Kota Semarang untuk tidak ketergantungan mengonsumsi nasi. Menurutnya, masyarakat juga bisa mengonsumsi bahan pangan lainnya, yakni umbi-umbian.

Hernowo menyebut, musim kemarau menjadi salah satu alasan beras langka di pasaran. Menurutnya, secara pemberitaan nasional ketersediaan cukup di Indonesia, namun memang ekspor dari negara India diketahui telah ditutup beberapa waktu lalu.

“Berdasarkan informasi dari Bulog bahwa kondisi stok aman. Jadi masyarakat tidak perlu panik kalau kekurangan beras, serta disarankan untuk tidak menimbun beras sebanyak mungkin,” imbaunya.

Diketahui, harga beras di pasar saat ini menjadi lebih mahal. Salah satu pedagang sembako di Bulu Semarang, Saliyem (69) mengatakan harga beras naik menjadi Rp 365 ribu per sak atau 25 kilo.

“Naiknya 1 sak selisih Rp 60 ribu. Sebelum naik itu 1 sak nya Rp 300 ribu,” ucapnya saat ditemui Joglo Jateng di lapak dagangnya, Selasa (5/9/23).

Ia menambahkan, alasan dari pemasok beras alasan harga naik dikarenakan musim kemarau yang berkepanjangan. Tak sedikit dari pembeli juga mengeluhkan kenaikan harga beras tersebut.

“Pembeli banyak yang ngeluh. Per hari sekarang kadang ada 2 atau 5 orang kadang juga tidak ada sama sekali,” keluhnya. (cr7/mg4)