Oleh: Puji Hastuti, S.Pd
Guru SMP N 3 Petarukan, Kab. Pemalang
DALAM kegiatan belajar mengajar di sekolah, terdapat interaksi antara siswa dan guru. Keberhasilan siswa dalam belajar berarti berhasilnya sekolah dalam menyelenggarakan program pendidikan.
Situasi belajar di SMP Negeri 3 Petarukan pada saat belajar pendidikan kwarganegaraan (PKn), didapati siswa-siswi mengantuk, pasif, dan tidak termotivasi untuk belajar. Hasil belajarnya pun tergolong rendah pada materi Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia. Hampir separuh siswa tidak mencapai nilai KKM.
Dalam pembelajaran PKn, guru dituntut untuk merancang proses kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kopetensi dengan memasukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses pembelajaran berorentasi pada siswa, sehingga akan tercipta situasi yang menyenangkan dan akan meningkatkan minat belajar siswa yang akhirnya hasil belajarnya pun naik.
Melihat kenyataan yang ada, maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang tepat. Problem Based Learning merupakan alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Keberagaman Masyarakat Indonesia.
Problem Based Learning (PBL) adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004). Dengan menggunakan model pembelajaran ini, siswa akan bekerja secara kooperatif dalam kumpulan untuk menyelesaikan masalah sebenarnya (Hamizer, dkk., 2023).
Dalam pembelajaran Problem Based Learning, pada langkah awal disajikan masalah yang nyata. Peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi, dan laporan akhir. Peserta didik didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pembelajaran dan mengembangkan ketrampilan berfikir kritis.
Aris Shoimin (2014:131) mengemukakan langkah-langkah yang dilakukan untuk menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Pertama, guru menjelaskan tunjuan pembelajaran, perlengkapan atau alat yang dibutuhkan, dan memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif dalam memecahkan masalah yang telah dipilih.
Kedua, guru membantu siswa untuk mendifinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dipilih. Ketiga, guru membantu siswa mengumpulkan informasi dan melakukan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan serta pemecahan masalah.
Keempat, guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan bentuk laporan yang sesuai untuk menunjukan hasil penyelidikan. Laporan dapat dibuat atau disusun dengan bentuk laporan tertulis, video, atau model lainnya. Kelima, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evakuasi terhadap penyelidikan dan proses yang dilewati.
Keunggulan model pembelajaran Problem Based Learning, antara lain peserta didik dilatih untuk selalu berfikir kritis dan terampil. Sehingga sangat tepat digunakan dalam meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Di samping itu bisa memicu peningkatan aktivitas peserta didik dikelas. Peserta didik terbiasa untuk belajar dari sumber yang relevan, serta kegiatan pembelajaran berjalan lebih kondusif dan efektif karena mereka dituntut untuk aktif.
Di samping keunggulan-keunggulannya, model pembelajaran Problem Based Learning juga memiliki kelemahan-kelemahan. Antara lain tidak semua materi pembelajaran bisa menerapkan model ini, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan materi pembelajaran lebih lama. Bagi peserta didik yang belum terbiasa menganalisis sustu permasalahan, biasanya enggan untuk mengerjakanya. Kemudian jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terlalu banyak, guru akan kesulitan untuk mengkondisikan penugasan.
Pada pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas, metode pembelajaran Problem Based Learning dikerjakan oleh siswa yang mengikuti serangkaian pengajaran guru. Peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata. Sehingga mereka bisa berfikir kritis, memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah, serta memperoleh pengetahuan.
Model pembelajaran Problem Based Learning untuk materi Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia dapat meningkatan hasil belajar siswa di SMPN 3 Petarukan. Hal ini ditunjukkan dengan kenaikan pada prestasi belajar dan dapat dijadikan referensi untuk pembelajaran mata pelajaran yang lain. (*)