Metode STAD Membuat Belajar Majas Personifikasi Menyenangkan

Oleh: Salimah, S.Pd
Guru Bahasa Indonesia SMP N 3 Petarukan, Kab. Pemalang

PROSES pembelajaran akan berhasil apabila guru dapat mengemas proses pembelajaran dengan suasana yang proses pembelajaran. Guru dapat menentukan metode yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari.

Ketika belajar dengan metode ceramah, siswa hanya melihat contoh yang diberikan guru. Sehingga mereka akan merasa jenuh, dan kemudian berdampak pada hasil belajar siswa yang cenderung tidak memuaskan.

Berkaitan dengan hal tersebut, untuk meningkatkan minat belajar bahasa Indonesia materi Majas Personifikasi di kelas VII SMP Ngeri 3 Petarukan, penulis menggunakan model pembelajaran Student Team Achievmen Divicion (STAD). Tujuan memilih metode ini adalah agar siswa lebih bersemangat dalam belajar dan dapat mengubah pola pikir siswa.

STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Gagasan utama STAD adalah memacu siswa agar saling memotivasi dan membantu untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru (Slavin dalam Rusman, 2018:214).

Statusnya yang merupakan turunan dari pembelajaran kooperatif, model pembelajaran STAD hampir memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Kurniasih dan Sani (2015:22),  kelebihan STAD adalah sebagai berikut.

Pertama, meningkatkan rasa pecaya diri dan kecakapan individual. Kedua, menumbuhkan interaksi sosial dalam kelompok. Siswa dapat dengan sendirinya belajar ketika bersosialisasi dengan rekan kelompoknya.

Ketiga, siswa belajar membangun komitmen dalam mengembangkan potensi kelompoknya. Keempat, belajar untuk menghargai orang lain dan percaya satu sama lain. Kelima, aktif berperan sebagai tutor sebaya supaya lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

Sedangkan kelemahan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Kurniasih dan Sani (2015:22) adalah sebagai berikut. Pertama, bila mengatur tempat duduk untuk kerja kelompok sangat menyita waktu. Kedua, guru kurang maksimal dalam mengamati kegiatan belajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan.

Ketiga, guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Di antaranya mengoreksi pekerjaan siswa, menghitung skor perkembangan, maupun menghitung skor rata-rata kelompok yang harus dilakukan pada setiap akhir pertemuan. Keempat, menyita waktu yang banyak dalam mempersiapkan.

Menurut Slavin (2015:143) yang merupakan pencipta model STAD, pembelajaran ini terdiri atas lima komponen utama. Yakni presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi.

Berdasarkan prinsip dan komponen utama STAD tersebut, sintaks atau langkah langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (2015:8) adalah sebagai berikut. Pertama, guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa belajar. Kedua, menyajikan informasi kepada siswa dengan menunjukan kalimat yang menggunakan majas personifikasi lewat bacaan.

Ketiga, guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Keempat, membimbing kelompok-kelompok belajar yang telah terbentuk pada saat mereka mengerjakan tugas.

Kelima, mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja. Keenam, menghargai upaya hasil belajar baik upaya individu maupun kelompok.

Setelah pembelajaran menggunakan model STAD, terjadi peningkatan minat belajar siswa yang berpengaruh pada hasil belajar siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi Majas Personifikasi di kelas VII SMP Negeri 3 Petarukan mempunyai keuntungan. Yaitu setiap anggota kelompok mendapat tugas, ada interaksi siswa dalam kelompok, mengembangkan keterampilan sosial, membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain.

Di samping itu meningkatkan kemampuan berbicara dan berani bertanya, memfasilitasi rasa persaudaraan dan kesetiakawanan. Kemudian terlaksananya pembelajaran yang terpusat pada siswa, serta munculnya sifat-sifat positif siswa. (*)