Kudus  

3 SMP di Kudus Jadi Sekolah Adiwiyata Nasional

BERHASIL: SMPN 3 Bae, SMPN 4 Bae dan SMP IT Al Islam saat menerima penghargaan sekolah adiwiyata di Kudus, beberapa waktu lalu. (UMI ZAKIATUN NAFIS/JOGLO JATENG)

KUDUS, Joglo Jateng – Tiga sekolah di Kabupaten Kudus dikukuhkan sebagai Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional. Ketiga sekolah itu yakni SMPN 3 Bae, SMPN 4 Bae dan SMP IT Al Islam. Penerimaan penghargaan berlangsung pada Selasa (18/10/2023) lalu di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta.

Kepala SMP N 3 Bae, Nur Hidayah mengungkapkan, ketiga sekolah ini sebelumnya telah melakukan persiapan panjang dengan kerja sama dari para guru, siswa, hingga orang tua. Ia juga mengaku bangga dan lega atas keberhasilan yang diperoleh.

“Pengajuan dan persiapan ini kita mulai pada 2021. Tepat setelah mendapat penghargaan adiwiyata tingkat provinsi,” ungkapnya, belum lama ini.

SMPN 3 Bae, kata Hidayah, mengangkat tema enterpreunership dan olah produksi jamur. Budidaya jamur ini menjadi program unggulan untuk melatih dan mengenalkan kepada siswa tentang lingkungan serta mengajarkan kewirausahaan.

“Program kami ini juga menyelaraskan semangat bisnis yang digalakkan pada Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Rahmatan Lil ‘Alamiin (P5RA, Red.). Khususnya bagian tema Lingkungan dan Kewirausahaan,” paparnya.

Pembina Program Lingkungan SMPN 3 Bae, Lani mengungkapkan rasa bahagianya kepada Joglo Jateng. Pasalnya, program unggulan yang ditunjukkan oleh sekolahnya telah memberi manfaat untuk berbagai pihak.

“(Dari, Red.) proses menanam, pengelolaan, panen hingga penjualan siswa turut terlibat. Bahkan para orang tua siswa juga turut andil dalam penjualan jamur,” bebernya.

Dia menjelaskan, proses pemanenan dilakukan di musim hujan dengan periode panen harian dan penggantian bibit selama 3 sampai 4 bulan. Setiap panen, sekolah mampu menghasilkan 17 kg jamur.

“Sistem pengelolaannya dibagi per piket. Dari 150 siswa kader adiwiyata, kami bagi merata,” jelasnya.

Terakhir, ia berharap, keterampilan siswa tidak hanya berhenti pada masa sekolah saja. Tetapi dilanjutkan, baik itu berupa pembuatan bisnis jamur ataupun bisnis pengolahan lingkungan lainnya.

Sementara itu, Pembina Rumah Produksi Skalisku, Eko Retno Widiastuti menyampaikan, kreasi siswanya tidak jauh dari upaya mengkolaborasikan hasil tani dan kesehatan. Mengingat fokus program pendidikan sekolah ini adalah farmasi dan agrobisnis pengolahan hasil pertanian. Maka, produk kesehatan ini menjadi tepat untuk dikembangkan.

“Kami berkolaborasi dengan petani rimpang di Rahtawu dalam stok dan pemilihan bahan produksi,” paparnya. (cr8/mg4)