YOGYAKARTA, Joglo Jogja – Serangan besar-besaran dilakukan pejuang Indonesia dalam merebut Yogyakarta dari tentara Belanda, dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1945 yang ditetapkan Hari Penengakan Kedaulatan Negara. Meski begitu peringatan bersejarah belum bergema dan terasa di tingkat nasional dan diperingati seluruh warga Indonesia.
“Tantangan selama tiga tahun ini sosialisasi Hari Penegakan Kedaulatan Negara di tingkat Nasional masih kurang,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Dian Lakshmi Pratiwi.
Dalam mengatasi persolalan itu, satu-satunya cara yang tepat dengan menggandeng provinsi lain yang punya keterikatan sejarah dengan Serangan Umum 1 Maret 1949. Di antaranya Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bangka Belitung dan Jawa Tengah.
Daerah-daerah itu dilibatkan ikut berperan serta dalam mensosialisasikan esensi sejarah kedaulatan bangsa. Dengan demikian Hari Penegakan Kedaulatan Negara menjadi peringatan nasional.
“Tahun lalu, kita sudah melaksanakan teatrikal dan Talkshow bersama di beberapa tempat untuk dijadikan satu lakon. Karena tahun ini ada pemilu, sehingga akan dilakukan di masing-masing provinsi,” paparnya.
Saat ini peringatan ini sangat penting dilakukan, terlebih bangsa Indonesia baru saja menggelar pesta demokrasi pemilu yang memicu gesekan dan friksi akibat perbedaan pilihan. Maka melalui peringatn ini semua elemen masyarakat diingatkan akan makna kedaulatan bangsa. Sehingga bisa saling menjaga persatuan dan kesatuan alih-alih terpecah belah akibat kontestasi.
“Peringatan tahun ini mengingatkan nilai kebangsaan di sikon masa-masa pemilu ini agar lebih menguatkan persatuan dan kesatuan. Jadi apa yang menjadi tujuan founding father sampai terjadi peristiwa yang akhirnya diperingati sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara,” tuturnya.
Sedangkan, sejumlah agenda digelar dalam memperingati Hari Penegakan Kedaulatan Negara. Di antaranya pada 26 Februari, Disbud DIY mengajak provinsi lain untuk mengulas hari tersebut melalui dialog kebangsaan.
Adapun dialog kedaulatan sendiri menghadirkan Naraesumber Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X, Prof Sulistyowati Irianto dari Antropologi Hukum UI dan Sri Margono sejarahwan UGM sebagai moderator. Tema yang diangkat kedaulatan yang beradab penerjemah masa depan bangsa, dengan konsep hibrid (luring) dan daring
“Selanjutnya, pada 29 Februari tirakatan bersama di Serangan Umum 1 Maret, dengan merefleksikan sebenarnya tiga tahun ini apa yang didapat dan tantangannya. Setelah itu ditutup dengan pagelaran opera dan wayang kulit yang berjudul Hanoman Duto,” tuturnya.
Sebagai puncaknya, 1 Maret akan digelar upacara peringatan di Stadion Mandala Krida dengan menampilkan teatrikal. Kemudian pukul 19.00 posisi perayaan berpindah ke Aula Simphofina Kemayoran Jakarta.
“Kita menggandeng pihak Keraton Yogyakarta menggelar konser Yogyakarta Royal Orkestra. Serta dimeriahkan pameran Sri Sultan HB IX tentang peran dan ketokohannya selama masa kemerdekaan,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan SBSP Kundha Kabudayan DIY Budi Husada menambahkan, 1 Maret 2024 mendatang pukul 06.00 pihaknya tengah mengkaji dibunyikannya sirine di sejumlah titik di Yogyakarta. Hal ini untuk mengingatkan masyarakat pentingnya peringatan itu.
“Soal tema demikian peringatan di tahun-tahun berikutnya. Kita akan coba minta masukan dan arahan dari Sultan HB X soal isu dan concern apa yang beliau lihat dan rasakan. Sehingga cocok dijadikan tema peringatan di tahun berikutnya,” pungkasnya.(riz/sam)