KEGIGIHAN dan kesabaran dalam berproses yang dimiliki Guru Seni Budaya Seni Tari SMP 2 Kudus, Etik Dwi Aprili Yanti, menjadi bekal mengantarkannya melahirkan beragam prestasi. Owner Lembaga Seni Bougenville itu juga melahirkan banyak generasi berbakat seni tari. Mulai dari usia jenjang TK, SD, SMP, SMA dan mahasiswa, hingga dosen maupun pejabat dan lainnya.
Tentu dibalik karir pendidikan Etik sekarang ada cerita panjang yang telah ia lalui. Usai lulus S1 Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan S2 UNS 2002 lalu, ia tak tanggung-tanggung menerima banyak permintaan mengajar.
Ia mengawali karir sebagai Guru Tidak Tetap (GTT) di beberapa sekolah wilayah Kudus dan Semarang. Mulai dari SMP 8 Semarang, SMP 13 Semarang, TK PG Rendeng, TK Tadika Puri, SD 2 Mlati Lor, SMP 14 Semarang dan SMP 2 Jati.
“Saat masih menjadi mahasiswa saya sudah mengajar di Semarang. Kala itu saya diminta ngajar di SMP 8 Semarang usai PPL di sana,” katanya kepada Joglo Jateng, belum lama ini.
Banyaknya permintaan mengajar itu berkat bakat seni yang dimilikinya. Di samping kesibukan kuliah dan UKM seni tari, Etik sering menjadi penari latar dan membuat koreografernya di event live televisi bersama para artis nasional di Semarang.
“Dari 2003-2009, pulang pergi Kudus-Semarang saya lakoni demi keinginan mentransfer ilmu yang saya miliki. Sambil juga mengajar senam dan dansa,” ujarnya.
Enam tahun menjadi GTT, membuatnya banyak belajar. Menurutnya mengajar siswa tidak hanya sekadar mentransfer ilmu. Tetapi menerapkan karakter kepribadian khususnya agar mereka menjadi siswa yang giat meraih prestasi.
“Saya memutuskan mengikuti tes CPNS dan lolos. Lalu ditempatkan di SMPN 2 Kudus hingga sekarang. Jadi pagi ngajar di SMP siang di Universitas Muria Kudus (UMK). Lalu Sabtu-Minggu di Universitas Terbuka,” jelasnya.
Di sela-sela mengajar, Etik mengelola Sanggar Seni Bougenvile yang telah berdiri sejak 11 Januari 1991. Di sanggar itu, ia membagikan ilmu seni tari bersama kedua putrinya dan telah memiliki ratusan peserta didik. Termasuk juga senam, dance dan sewa kostum.
Selain berbakat, ia memiliki darah seni dari kedua orang tuanya. Sang Ibu merupakan penyanyi dan pelatih senam, sedangkan Ayahnya pemain wayang. Tanpa dituntut keduanya, Etik bertekad melanjutkan warisan kebudayaan yang telah digeluti orang tuanya.
“Sejak kecil, di usia bangku SD juga diarahkan Ibu ikut les menari dan balet. Setelah lancar sejak SMA mengikuti pelatihan menjadi instruktur senam dan tata rias hingga kerajinan. Sedangkan kalau di sanggar juga sering bantu ibu ngajar,” bebernya.
Sementara bakat sang Ayah juga diteruskan Etik. Saat ini ia mengelola Perkumpulan Wayang Orang Cokrobawono dan sering tampil di berbagai event. Bidang itu ia geluti sejak bangku SMA.
Deretan prestasi membuktikan hasil ketekunan dan kegigihan Etik. Sejak bangku SD, SMP, SMA hingga kuliah ia selalu mendapat juara. Bahkan saat menjadi guru tak berhenti untuk menabung prestasi. Beberapa kejuaraan yang diraihnya di antaranya Juara 3 Pemuda Pelopor Seni Budaya dan Pariwisata Kemenpora Nasional Mewakili Jawa Tengah 2008, Juara 1 Lomba Tari dan Joget Radio POP Semarang Provinsi Jateng 2001.
Kemudian, Juara 1 dan 2 Guru Berprestasi SMP Disdikpora Kudus 2019 dan 2018, Juara 1 Penyaji Unggulan karnaval Prajurit Tradisional Nusantara TMII Nasional 2008 dan masih banyak kejuaraan lainnya.
Tak hanya itu, ia juga menciptakan berbagai koreografi tari bersama putri sulungnya. Seperti Tari Gebyog Ukir Kaliwungu Kudus yang telah mendapatkan Hak Cipta Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Lalu, Tari Dandangan, Tari Bordir Icik, Tari Situs Pati Ayam, Tari Gebyog Ukir Kaliwungu dan Tari Manis Madu Dukuh Waringin 2024.
Menurut Guru Inti PBG Kudus itu, selain mengajar guru juga harus bisa meningkatkan kompetensi diri dan mengikuti banyak kegiatan yang bisa memunculkan prestasi. Sebab dengan berprestasi, guru bisa menjadi panutan. Ia juga berprinsip ketika diberi tugas harus dilaksanakan semaksimal mungkin agar berbuah hasil. Tak lupa ketika hendak mengikuti perlombaan, pentas atau aktivitas lainnya selalu minta doa restu sang Ibu.
Ketua Asosisasi Dansa Kudus ini juga membagikan, tips membuat anak-anak didiknya agar menyukai seni tari. Menurutnya mengajar siswa SMP dan mahasiswa harus menggunakan pendekatan yang berbeda.
“Saat mengajar anak-anak SMP saya menginisiasi game online tari. Dengan materi sesuai dengan kebutuhan. Sehingga anak-anak yang awal mulanya tidak tertarik khususnya murid laki laki menjadi tertarik bahkan antusias,” ungkapnya.
Menari menurut Etik memiliki banyak karakter yang bisa ditanamkan. Di antaranya belajar bertanggung jawab, disiplin, kerja sama, kreatif, mandiri dan mengelola perasaan. Hingga kini bakat Tari, Senam, Balet hingga Wayang yang dimiliki diturunkan kepada kedua putrinya. Putri sulungnya, Keysha Anggun Nathya Laksita yang saat ini menempuh bangku SMA juga membantunya mengajar di sanggar dan telah menciptakan koreografi tari.
Di Hari Guru 2024 ini, Etik berharap para guru semakin bisa meningkatkan kompetensinya dengan upgrade ilmu. Hal ini tentu dilakukan agar pembelajaran yang berlangsung membuat siswa tertarik. Ia juga berharap kesejahteraan para guru terpenuhi.
“Guru merupakan sosok yang penting karena mereka mentransfer ilmu kepada siswa. Serta, para guru yang berperan mencetak generasi emas dan membentuk kepribadian mereka,” harapnya.(cr1/sam)