Perkuat Keyakinan melalui Puja Bakti Sejuta Pelita

SUASANA: Sejuta Lilin, Sejuta Harapan yang digelar oleh Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI), Provinsi Jawa Tengah, di Vihara Gunung Kalong, Ungaran, Kabupaten Semarang, akhir pekan lalu. (DOK. PRIBADI/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Puja bakti “Sejuta Pelita, Sejuta Harapan” digelar di Vihara Gunung Kalong, Sri Kukus Rejo, Ungaran pada Sabtu, (21/12). Acara ini dipimpin oleh Maha Nayaka Sangha Agung Indonesia.

“Kita berharap acara ini memperkuat keyakinan dan kebersamaan masyarakat,” kata Ketua Panitia, Tjoa Lie Lia alias Alico.

Puja bakti ini merupakan lambang keyakinan kepada Tri Ratna: Buddha, Dharma, dan Sangha. Keyakinan ini menjadi pijakan laku untuk berbuat baik dan mencapai pembebasan. “Melalui puja bakti ini, kita memupuk paramitha dan berlatih menuju Nirwana,” tambahnya.

Baca juga:  Meriahkan Tahun Baru 2025, Hotel Ciputra Semarang Gelar Pesta Kembang Api Terdasyat dan Velvet Mask Gala

Acara ini terinspirasi dari kisah nenek miskin di zaman Buddha Gotama. Nenek tersebut mempersembahkan pelita dengan ketulusan, menerangi seluruh ruangan. “Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya ketulusan dan kebaikan,” katanya.

Saat Sang Buddha membabarkan Dharma, angin kencang memadamkan hampir semua pelita, kecuali satu. Pelita itu tetap menyala karena ketulusan pemiliknya. “Pelita itu menjadi simbol kekuatan kebaikan dan ketulusan,” ujarnya

Alico menyebut, Vihara Gunung Kalong didirikan oleh Suhu Tan Siok Gie pada tahun 1965. Vihara ini terletak di Ungaran dan menjadi pusat spiritual bagi masyarakat. “Vihara ini menjadi tempat berlindung spiritual bagi masyarakat,” jelasnya.

Baca juga:  11 Orang Terluka akibat Kecelakaan Truk Vs Bus di Tol Banyumanik

Mewakili pengurus Vihara Gunung Kalong, Alico mengucapkan terima kasih atas dukungan dan partisipasi semua pihak. Semoga kebajikan ini berbuah manis. “Semoga kebajikan yang telah kita tanam bersama ini berbuah kemakmuran, kesejahteraan, dan kebahagiaan. Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat,” tutupnya. (luk/gih)