SEMARANG, Joglo Jateng – Dinas Pertanian (Dispertan) Kota Semarang menemukan sebanyak tiga lokasi peternak telah terkonfirmasi positif kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) per 7 Januari 2025. Adapun lokasi tersebut di Kelurahan Pudak Payung, Kecamatan Tembalang dan Kecamatan Gunungpati.
Sub Koordinator Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dispertan Kota Semarang, Irene Siahaan mengatakan, meski begitu, semua sapi yang positif PMK sudah dalam proses penyembuhan. Adapun rincian data berdasarkan lokasi, Kelurahan Pudak Payung sebanyak empat ekor, Kecamatan Tembalang ada tiga ekor, sementara di Kecamatan Gunungpati masih dalam proses perhitungan.
“Kondisi sapi yang terkena PMK sudah dipisah untuk karantina. Kemudian dilakukan pengobatan terhadap sapi yang sakit. Sebagian besar sapi yang terjangkit PMK, nafsu makannya sudah baik dan saat ini masih dalam proses pemulihan,” ucapnya saat dihubungi Joglo Jateng, Rabu (8/1/25).
Adapun faktor terjadinya kasus PMK, kata Irene, kemungkinan tertular dari ternak daerah lain. Hal ini mengingat Kota Semarang menjadi lalu lintas perdagangan sapi.
“Kota Semarang itu merupakan jalur lalu lintas pertemuan. Ternak-ternak yang di Kota Semarang itu ada yang masuk dari Boyolali, Kabupaten Semarang. Kemungkinan karena itu, jadi ternak masuk dari luar, di kandang baru tahu kalau ada gejala sakit atau ternyata PMK,” jelasnya.
Ternak yang terpapar PMK, lanjut Irene, mayoritas dari ternak baru. Sehingga PMK yang dibawa ternak tersebut lantas menular ke ternak lainnya.
Dirinya berpesan kepada seluruh peternak di Kota Semarang, wajib memiliki kandang karantina sebagai upaya meminimalisir penularan. Selain itu, juga melakukan pemberian vaksin sesegera mungkin.
Biasanya, ia menuturkan, sapi yang terkena PMK dilakukan penanganan dengan pemberian obat, antibiotik. Sedangkan, ternak lainnya yang tidak terjangkit PMK juga telah diberikan vitamin.
“Kita juga akan mengedukasi peternak supaya ternak yang sakit tidak dijual atau tidak dipotong. Melainkan harus diupayakan kesembuhannya lewat obat dari tenaga medis. Ditambah dengan jamu dan memperhatikan sanitasi kandang,” katanya. (int/gih)