Figur  

Miris Melihat Kasus Pelecehan yang Marak di Daerahnya, Syarifa Berikan Cara untuk Melawannya

Syarifah Annajiyah
Syarifah Annajiyah. (DOK. PRIBADI / JOGLO JATENG)

JOGLOJATENG.COM – Syarifa Annajiyah geram akan kasus pelecahan seksual yang hari ini kerap terjadi di Kabupaten Demak. Perempuan warga Kelurahan Mangunjiwan, Demak ini memberikan cara untuk melawan kekerasan seksual.

Ia mengatakan, pada bulan lalu terdapat kasus pelecehan yang begitu meresahkan. Di mana seorang pelatih voli, memanfaatkan relasi kuasanya untuk mensetubuhi anak-anak didiknya. Sebelumnya lagi, juga ada kasus kakek-kakek yang memperkosa perempuan di bawah umur.

“Walaupun saya sedang merantau, saya selalu melihat berita di Demak. Miris, bulan-bulan kemarin saja kasus pelecehan seksual di Demak begitu marak. Ini meresahkan,” katanya, Rabu (24/11).

Syarifa yang saat ini sedang menuntut ilmu di UIN Sayyid Rahmatullah, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur menyampaikan, secara umum seseorang dapat menyiapkan diri untuk melakukan serangan balik saat dilecehkan. Sejatinya korban dapat melawan balik pelaku, lari dari tempat kejadian, atau bahkan berteriak meminta tolong untuk membela diri dari pelecehan.

Namun demikian, ia mengakui bahwa reaksi tiap orang berbeda-beda pada saat mengalami pelecehan seksual, dan tidak semua sanggup melakukan hal yang telah disebutkan.

“Diakui bahwa reaksi setiap orang berbeda. Bahkan ada kemungkinan korban justru tidak dapat melakukan apa-apa saking panik dan takutnya. Untuk itu korban diharapkan tenang, dan jika keberanian sudah mulai terkumpul maka dapat segera lari,” terang perempuan kelahiran Agustus 1999 ini.

Kemudian, lanjut Syarifa, bisa menceritakan kepada orang terdekat yang dipercayai dan mintalah support darinya. Korban dapat mengadukan pelecehan yang mereka alami ke organisasi-organisasi yang menyediakan layanan pengaduan kekerasan terhadap perempuan, seperti Women’s Crisis Center (WCC), LBH Apik, atau Komnas Perempuan.

Bisa juga, korban pelecehan seksual dapat segera melaporkan kejadian yang menimpa mereka ke pihak berwajib, seperti polisi, pejabat kelurahan/kampung, pejabat kampus, atau manajemen transportasi publik.

“Jangan diam, korban pelecehan seksual hari berani melawan. Dan kita semua harus bisa mendampinginya, karena korban membutuhkan itu,” tandasnya.

Syarifa memaparkan, korban pelecehan seksual membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya untuk dapat menghadapi krisis yang mereka alami. Dukungan dapat diberikan dengan cara menemani dan mendengarkan korban saat menceritakan pengalamannya, tanpa banyak mempertanyakan atau mengkonfrontasi.

“Segera setelah kejadian, korban akan mengalami masa kebingungan, kemarahan pada diri sendiri, menyalahkan diri sendiri. Oleh karena itu penting bagi kita mendampingi korban melalui fase ini dengan baik,” paparnya. (aji/gih)