1.200 Umat Buddha Ikuti Meditasi Waisak

KHUSYUK: Sejumlah Bhiksu bersama umat Budha mengikuti kirab pada rangkaian perayaan Tri Suci Waisak 2566 BE/2022 dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur, Magelang, Senin (16/5). (ANTARA/JOGLO JATENG)

MAGELANG, Jolgo Jateng – Sekitar 1.200 umat Buddha dan para biksu melakukan meditasi detik-detik Tri Suci Waisak 2566 Buddhist Era (BE) di depan altar Halaman Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Senin (16/5). Di tengah terik sinar Matahari, umat Buddha dengan sikap anjali khusyuk mengikuti detik-detik Waisak yang dipimpin Biksu Dutavira Mahasthavira.

Detik-detik Waisak ditandai dengan pemukulan gong tiga kali. Kemudian dilanjutkan pemanjatan doa oleh masing-masing majelis agama Buddha.

Selamat Idulfitri 2024

Ketua Umum Walubi S. Hartati Murdaya dalam sambutan menjelang detik-detik Waisak menyampaikan, Walubi bermitra dengan Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi). Mereka melaksanakan upacara Waisak secara bersama-sama di Candi Borobudur.

Ia menyampaikan, tema Waisak 2566 BE adalah “Jalan Kebijaksanaan Menuju Kebahagiaan Sejati”. Maksudnya adalah kehidupan yang berbagai ragam yang dipenuhi oleh pandangan keliru dengan mempertuan ego sehingga manusia selalu terjebak dalam pertengkaran.

“Manusia perlu merasakan nikmatnya hidup penuh kesabaran dan memperoleh kekuatan kebijaksanaan yang berguna bagi orang lain, berwelas asih, menjadi orang yg berguna dengan kekuatan kesadaran dan kekuatan kebijaksanaan menjadi kekuatan memperoleh pencerahan damai. Jika pencerahan telah berkembang mencapai tingkat sempurna maka semua manusia akan menjadi Buddha,” katanya.

Ketua Umum Permabudhi Prof. Philip K. Widjaja mengatakan, Waisak tahun ini diadakan setelah pandemi Covid-19 yang panjang. Umat Buddha sekarang bisa berjumpa kembali di Candi Borobudur yang megah ini.

“Walubi telah kerja keras untuk mewujudkan acara ini dan mengajak Permabudhi bersama-sama untuk bisa menikmati keceriaan Waisak, menikmati kebahagiaan Waisak,” ucapnya.

Ia menuturkan, melalui momentum Waisak ini bisa merenungkan bersama sampai di mana telah menerapkan ajaran Sang Buddha Gautama.

“Menerapkan ajaran-ajaran itu ke dalam sikap, tutur kata, dan kehidupan sehari-hari. Jadi bukan hanya sekadar menghafalkan atau mengetahui ajaran agama Buddha kemudian sudah menjalankan ritual dianggap cukup. Semoga Waisak tahun ini membawa kebersamaan,” katanya.

Sementara, Wakil Menteri Agama RI Zainut Tauhid Sa’adip menyampaikan, peringatan detik-detik Tri Suci Waisak yang dilaksanakan setiap tahun bukan hal sebatas acara seremonial semata. Peringatan ini merupakan salah satu wujud keyakinan dan bakti umat Buddha kepada Buddha Gautama.

“Peringatan Tri Suci Waisak diharapkan dapat menjadi momentum yang tepat bagi umat Buddha di seluruh dunia untuk mengingat kembali pada tiga peristiwa suci dalam kehidupan Buddha Gautama, yaitu kelahiran, pencapaian pencerahan sempurna, dan kemangkatan Sang Buddha,” katanya.

Ia mengatakan, seluruh umat Buddha di Indonesia memanfaatkan Hari Tri Suci Waisak ini untuk menghormati dan merenungkan segala sikap luhur dari Tri Ratna. Yaitu Buddha, darma, dan sangha.

Menurut dia, keteladanan dari Sang Buddha dalam hal praktik meta dan cinta yg merupakan nilai-nilai universal dapat diaktualisasikan dalam kehidupan. Supaya terwujud kehidupan beragama yang lebih moderat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. (ara/gih)