Figur  

Mendefinisikan Ulang ‘Healing’ untuk Kesehatan Mental

Staff Laboratorium Universitas Muria Kudus, Rizka Alyna s. Psi, M. Psi Psikolog. (MU'ARIFAH/JOGLO JATENG)

KUDUS, Joglo Jateng – Healing kerap kali dilekatkan pada kegiatan jalan-jalan, makan-makan, atau berbelanja untuk menghilangkan stres. Hal itu dipaparkan oleh Staff Laboratorium, Universitas Muria Kudus, Rizka Alyna dalam wawancaranya dengan Joglo Jateng, Rabu (4/1/2023).

Rizka panggilan akrabnya menyampaikan, healing terjadi karena adanya sebuah konstruksi yang dibangun dalam media. Nyatanya, kegiatan itu hanya penyegaran, bahkan pelarian.

Ia mengatakan, kegiatan jalan-jalan, makan-makan atau hobi lain sebenarnya hanya penyegaran. Hal tersebut karena seseorang suka melakukan kegiatan tersebut, bukan sebuah pengobatan mental.

Healing seperti jalan-jalan, belanja, makan-makan, tidak menjadi obat jiwa. Tetapi sebagai penyegaran. Healing seharusnya mampu merefleksi sehingga timbul penyembuhan,” ungkap Rizka.

Baca juga:  32 Tahun Mengabdi, Raih Gelar Profesor Bidang MSDM

Ia mengungkapkan, ketika sedang membuka stand saat Car Free Day (CFD), ada beberapa orang yang sudah tepat dalam proses penyembuhan mental. Kemudian ada juga yang terlambat menyadari jiwanya yang sakit.

Lebih lanjut, dia menceritakan bahwa ada yang kemudian berusaha healing dengan belanja. Kemudian hal itu menjadi pelarian dari persoalan yang dihadapi. Sebab masalah tetap tersimpan rapi dalam jiwanya. Kegiatan itu hanya kesenangan sesaat untuk menghilangkan sejenak masalah yang ada.

“Penyembuhan mental tidak ada rumus pastinya. Kita harus sadar apa yang kemudian dilakukan itu termasuk penyembuhan, pelarian, atau sekadar refresing,” ujarnya.

Baca juga:  Kisah Fika Azzahra: Dari Iseng hingga Jadi Beauty Influencer Terkenal

Rizka menyarankan, masyarakat untuk peka terhadap kesehatan jiwa. Karena tidak hanya fisik yang sakit dan butuh obat. “Kita bisa berdiam sebentar untuk merefleksi, apa yang sedang terjadi dengan jiwa kita,” ujarnya. (cr8/fat)