Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa dengan Media Two Faced Curtains

Oleh: Heru Rahwiyanto, S.Pd., M.Pd.
Guru Bahasa Inggris SMP N 1 Demak

DALAM proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa di sekolah hendaknya memberikan bekal dari aspek moral, sikap, dan berbagai ketrampilan. Kompetensi dalam proses pembelajaran ini dibagi menjadi tiga tingkatan aspek. Yaitu kompetensi kognitif, afektif, serta kompetensi psikomotorik (Bloom, dkk.:1956).

Kualitas sumber daya manusia yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan adalah merupakan kebutuhan dari manusia di abad ini (Tilaar, 2012). Maka, setiap kali menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, seorang guru dituntut agar materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa dapat dikuasai.

Menurut Miarso (2004), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar. Sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Menindaklanjuti hal tersebut, guru diharapkan merancang alat pembelajaran yang dirancang untuk membantu kelancaran pembelajaran. Alat pembelajaran tersebut berupa hiasan two faced curtains atau tirai bermuka dua yang dimodifikasi untuk mempermudah pemahaman siswa.

Hamalik (2008) menyatakan, fungsi media pembelajaran antara lain untuk mewujudkan kondisi pembelajaran yang lebih efektif. Kemudian menjadi alat guna mencapai tujuan pembelajaran, mempercepat proses pembelajaran dan membantu siswa dalam upaya memahami materi yang disajikan oleh guru dalam kelas.

Sebagai contoh adalah ketika kita membuat makanan pisang goreng. Pasti akan melakukan tahapan yang berurutan dari awal mengolah bahan mentah menjadi makanan yang siap disantap dan dinikmati. Itu sebagian kecil kegiatan prosedural yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan teks atau bacaan banyak kita jumpai juga dalam aktivitas atau kegiatan sehari-hari kita. Baik di lingkungan rumah, lingkungan sekolah, kantor, atau masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, teks didefinisikan sebagai naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato, dan sebagainya. Sedangkan menurut Alex Sobur (2004:53), teks atau bacaan adalah sebagai seperangkat tanda yang ditransmisikan dari sumber kepada penerima melalui media tertentu atau kode-kode tertentu.

Dalam pembelajaran procedure text, guru dapat merancang media pembelajaran dalam bentuk alat sederhana berbahan dasar kertas dan kayu triplek/papan. Alat peraga tersebut dimanfaatkan pada pembelajaran memahami dan merespon makna teks tulis fungsional dan esai pendek sederhana berbentuk procedure. Dalam pembuatannya adalah dengan cara memotong kertas, kayu triplek/papan menjadi bagian-bagian kecil dengan berbagai macam variasi bentuk. Kemudian diberikan pengait dibagian atas dan bawahnya.

Di satu sisi, kita memberikan gambar proses urutan atau prosedur suatu tindakan atau kegiatan untuk tiap potongnya. Sedangkan di sisi sebaliknya kita bisa memberikan tulisan berupa kata kerja operasional yang sesuai dengan gambar di sebaliknya. Satu potong kertas/kayu digunakan untuk satu gambar beserta kata kerja operasional. Banyaknya kertas/kayu menyesuaikan banyaknya langkah-langkah/ prosedur kegiatan yang akan dipelajari.

Adapun cara pemanfaatannya adalah dengan diawali guru menjelaskan penggunaan media/alat peraga. Kemudian siswa mengamati dan mencari urutan tentang langkah-langkah kegiatan dengan melihat gambar yang tersedia. Langkah berikutnya, siswa berdiskusi dengan temannya untuk menentukan urutan gambar yang sesuai dengan langkah-langkah kegiatan yang dipelajari.

Selanjutnya, siswa secara bekerja sama merangkai urutan gambar menjadi rangkaian gambar sehingga menyerupai tirai. Langkah terakhir, siswa dapat memajang rangkaian gambar (tirai) di tempat yang tersedia. Pada akhir pembelajaran guru bisa memberikan penguatan dan simpulan dari materi procedure text yang telah dipelajari bersama. Penggunaan alat two-faced curtains ini membuktikan bahwa dengan adanya kreativitas guru dalam merancang karya inovatif pembelajaran, akan membantu proses belajar siswa. (*)