Oleh: Solechul Hadi,S.Pd.
Guru Bahasa Jawa SMAN 1 Guntur, Kabupaten Demak
PEMBELAJARAN berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodasi segala kebutuhan belajar murid. Menurut Tomlinson (2000), pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi lebih kepada serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat guru yang berorientasi kebutuhan murid. Pembelajaran di kelas harus memperhatikan perilaku anak ke diri sendiri, orang lain, dan lingkungan serta sosial emosional.
Pembelajaran sosial dan emosional (PSE) adalah sebuah pendekatan dalam pengelolaan proses pembelajaran di sekolah yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh warga sekolah. PSE merupakan proses mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk memperoleh kompetensi sosial dan emosional sebagai modal anak dalam berinteraksi dengan dirinya, orang lain, dan lingkungan sekitar (Casel: 2012). Kompotensi sosial emosional (KSE) yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.
PSE juga berfungsi untuk mengajarkan pada anak menjadi individu yang sadar akan dirinya sendiri dan sadar terhadap sosial disekitarnya. Diharapkan anak mampu membuat keputusan yang kompeten dan bertanggung jawab. Proses pembelajaran anak dipengaruhi oleh aspek perkembangan emosi dan sosial. Karena pada proses pembelajaran ini, tidak hanya di pengaruhi oleh kemampuan kognitif saja. Pembelajaran sosial dan emosi juga sangat berpengaruh pada orang lain, lingkungan, bahkan dirinya sendiri.
Implentasi pembelajaran berdiferensiasi dan PSE diawali dengan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid. Selanjutnya merancang strategi pembelajaran berdiferensiasi dengan memperhatikan kebutuhan belajar murid. Seperti diferensiasi konten, proses, dan produk untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dengan KSE pada pembelajaran Bahasa Jawa kelas X-4 di SMA Negeri 1 Guntur dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning pada materi Cerita Wayang. Dalam pembelajaran ini, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kegiatan pembukaan. Peserta didik yang mendapat giliran memimpin do’a, mengucapkan salam dan melakukan ice breaking. (KSE- pengelolaan diri–mengelola emosi dan fokus). Kemudian dalam kegiatan inti dilakukan tahapan sebagai berikut. Pertama, pemberian rangsangan. Peserta didik menyimak materi dari link Youtube (anak visual dan auditori), peserta didik bergabung dalam kelompoknya. Kedua, identifikasi masalah. Peserta didik diberikan kesempatan bertanya terkait permasalahan yang dihadapi kelompoknya.
Ketiga, pengumpulan data. Peserta didik kerja sama dalam kelompok (KSE- kesadaran sosial & keterampilan berelasi). Keempat, pengolahan informasi. Peserta didik secara kolaboratif dalam kelompoknya mengolah data hasil. Sebelum melakukan presentasi, peserta didik melakukan ice breaking adu formasi panjang yang dipandu guru. Kelima, pembuktian. Presentasi hasil kasus kelompoknya (KSE-kesadaran sosial & keterampilan berelasi). Keenam, generalisasi. Peserta didik lain dan guru memberikan tanggapan terhadap presentasi.
Pada kegiatan penutup, guru melakukan refleksi dan mengakhiri kegiatan pembelajaran (KSE-pengelolaan diri-mengelola emosi dan fokus). Tantangan melaksanakan pembelajaran ini adalah murid belum terbiasa dengan teknik PSE yang diterapkan. Sehingga harus dilakukan berulang. Sedangkan keberhasilannya tujuan pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kebutuhan murid. Sehingga murid tidak merasa bosan serta lebih antusias belajar.
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dan penerapan kompetensi sosial emosional sangat sesuai dengan merdeka belajar yang berpihak pada murid. Pemetaan kebutuhan belajar murid membantu kita dalam menilai dan membantu murid menemukan jati diri mereka. Sesuai keinginan belajar dan dapat memberikan kemerdekaan dalam pembelajaran murid.
PSE menjadi dasar pendidikan karakter siswa. Dimana pembelajaran itu adalah proses untuk mengembangkan sikap, nilai-nilai, dan keterampilan yang diperlukan sebagai modal untuk anak dalam berinteraksi dengan lingkungan. Di samping itu, sebagai awal dari penanaman pendidikan karakter positif pada siswa. (*)