Oleh: Yustin Rahayuning Asmarani, S.Pd.
Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 2 Gajah, Kab. Demak
PENDIDIKAN memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional sehingga dapat mewujudkan generasi Indonesia emas. Ciri-ciri generasi Indonesia emas adalah generasi yang memiliki kecerdasan komprehensif. Yaitu produktif, inovatif, berkarakter kuat, sehat, unggul dalam interaksi sosial, serta cakap dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan generasi Indonesia emas tersebut adalah dengan menciptakan kurikulum yang tepat sehingga dapat mengoptimalkan proses pembelajaran.
Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.5/5/2010 tanggal 27 Januari 2010 bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Jawa Tengah, terutama dalam upaya penanaman nilai-nilai budi pekerti dan penguasaan bahasa Jawa bagi peserta didik SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs Negeri dan Swasta Provinsi Jawa Tengah telah ditetapkan dan diberlakukan kurikulum mata pelajaran bahasa Jawa (Dinas Pendidikan Jateng, 2010:4). Salah satu materi dalam kurikulum mata pelajaran bahasa Jawa adalah drama Jawa. Keterampilan bermain drama merupakan salah satu perwujudan dari keterampilan mendemonstrasikan naskah drama sesuai dengan karakter tokoh dengan pelafalan, intonasi, jeda, ekspresi, serta kinesik (gerakan tubuh) yang tepat.
Berdasarkan indikator pencapaian yang sudah ditentukan, ketuntasan peserta didik untuk mempraktekkan keterampilan bermain drama Jawa pada kelas IX A SMP Negeri 2 Gajah masih banyak peserta didik yang belum mencapai KKM. Oleh karena itu, model pembelajaran project based learning (PjBL) berbantuan media audiovisual dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan bermain drama Jawa, meningkatkan kreativitas, dan meningkatkan penguasaan IPTEK peserta didik.
Model pembelajaran PjBL yaitu suatu pendekatan komprehensif yang memberikan petunjuk bagi peserta didik, bekerja secara individu atau kelompok, dan berhubungan dengan topik di dunia nyata. Sedangkan media audio visual bisa diartikan juga sebagai suatu media yang memuat unsur gambar dan juga memuat unsur suara yang bisa didengar, misalnya slide suara, film, rekaman video, dan lainnya (Sundayana, 2015:14).
Langkah awal pembelajaran adalah membentuk kelompok yang terdiri dari lima sampai enam peserta didik putra maupun putri. Guru memutarkan contoh drama yang sudah dipersiapkan. Kemudian kelompok tersebut diberikan satu tema drama Jawa untuk dapat dibuat naskah drama. Peserta didik kemudian berdiskusi dengan kelompoknya untuk menulis naskah drama dan merencanakan pembuatan video drama Jawa. Setelah kegiatan pembelajaran berakhir, guru dibantu peserta didik melakukan refleksi dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya.
Ciri pembelajaran PjBL adalah berorientasi pada produk akhir atau artifact (berupa produk tulisan, lisan, visual dan multimedia). Oleh karena itu, guru memberikan waktu 1 bulan untuk menyelesaikan proyek pembuatan video drama Jawa tersebut. Unsur penilaiannya meliputi intonasi, pelafalan, ekspresi, jeda, dan kinesik atau gerak tubuh.
Analisis data dilakukan dengan dua jenis data. Yaitu data kualitatif berupa catatan hasil observasi guru serta catatan refleksi guru, dan data kuantitatif berupa skor pre test dan post test hasil keterampilan peserta didik. Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran PjBL berbantuan media audiovisual terbukti meningkatkan kemampuan peserta didik dalam keterampilan bermain drama Jawa. Kemudian juga meningkatkan kreativitas, serta dapat meningkatkan kemampuan penguasaan IPTEK.
Peningkatan kemampuan keterampilan terlihat dari peningkatan nilai pre-test membaca naskah drama dan post-test berupa video drama Jawa berdasarkan indikator yang sudah ditentukan. Â Peningkatan kreativitas terlihat dari keaslian, ketekunan, serta kelancaran proses pembuatan video drama Jawa tersebut. Sedangkan peningkatan kemampuan penguasaan IPTEK terlihat dari peningkatan penguasaan aplikasi penyunting video. (*)