Latih Komunikasi Generasi Milineal dengan Pembelajaran Unggah-Ungguh Bahasa Jawa

Oleh: Yani Herawati, S.Pd
Guru Bahasa Jawa SMA N 1 Demak

BAHASA merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Bahasa Jawa bagi masyarakat Jawa merupakan bahasa kebanggaan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ristiadi (2014), bahasa Jawa adalah bahasa yang dipergunakan oleh orang Jawa atau masyarakat Jawa sebagai alat berkomunikasi atau berhubungan bagi keluarga atau masyarakat dan bangsa Jawa.

Namun penggunaan bahasa Jawa saat ini semakin memudar. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya perhatian terhadap pembelajaran bahasa Jawa. Dalam pembelajaran bahasa Jawa, siswa juga diajarkan aturan berbicara dalam bahasa Jawa yang disebut unggah-ungguh basa. Sehingga siswa dapat menghormati lawan bicara ketika berkomunikasi.

Menurut Rumidjan (2016), unggah-ungguh basa adalah sebuah tatanan yang berfungsi untuk mengatur bagaimana seseorang berkomunikasi secara santun atau beradab dengan orang lain. Unggah-ungguh merupakan salah satu bentuk etika atau sikap manusia Jawa dalam menempatkan diri ketika bergaul dengan sesamanya (Amirin et al., 2013). Penggunaan unggah-ungguh basa ketika berbicara dapat menunjukkan kesopansantunan yang dimiliki penutur terhadap lawan bicara.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Bahasa Jawa adalah bahasa budaya. Di samping berfungsi sebagai cara berkomunikasi, juga berperan sebagai sarana perwujudan sikap budaya yang sarat dengan nilai-nilai luhur. Di samping itu, untuk mengetahui akan batas-batas sopan santun, cara menggunakan adat yang baik, dan mempunyai rasa tanggung jawab untuk perbaikan hidup bersama. Tujuannya agar dapat mencapai kesopanan yang dapat menjadi hiasan diri pribadi seseorang. Berbicara menggunakan unggah-ungguh basa di sekolah tidak hanya digunakan ketika jam pembelajaran bahasa Jawa berlangsung. Tetapi juga digunakan ketika waktu-waktu tertentu. Baik ketika dalam jam pembelajaran berlangsung ataupun ketika jam pembelajaran selesai.

Permasalahan yang timbul adalah masih banyak dijumpai guru yang belum menggunakan upaya atau cara yang baik dalam menerapkan unggah-ungguh basa pada peserta didik. Penerapan unggah-ungguh basa dalam lingkungan sekolah saat ini semakin jarang digunakan. Khususnya ketika peserta didik berkomunikasi dengan guru, serta rendahnya kesadaran peserta didik akan pentingnya mempelajari bahasa Jawa yang sesuai unggah-ungguh basa.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Hal tersebut terjadi karena kurangnya perhatian dari guru terhadap peserta didik mengenai pentingnya mempelajari dan menerapkan unggah-ungguh basa. Juga karena rendahnya pengetahuan kosa kata bahasa Jawa oleh peserta didik. Banyak peserta didik yang menganggap bahwa bahasa Jawa rumit untuk dipahami. Sehingga tidak sedikit dari mereka yang keliru dalam penggunaan bahasa Jawa. Bahasa Jawa dianggap rumit karena dalam pemakaiannya, penutur harus mempertimbangkan unggah-ungguh secara normatif. Terdiri dari tingkatan-tingkatan atau undha-usuk yang cukup beragam.

Di era milenial, banyak fenomena yang terjadi di mana siswa tidak bisa menghormati guru ketika berkomunikasi. Hal tersebut sejalan dengan Rahardini dan Suwarna (2014:138) yang mengungkapkan bahwa di lingkungan sekolah banyak dijumpai siswa yang berbicara kepada guru menggunakan bahasa ngoko disertai perilaku yang tidak menunjukkan penghormatan.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Hal tersebut juga terjadi karena kurangnya perhatian terhadap pembelajaran bahasa Jawa khususnya unggah-ungguh basa. Pembelajaran unggah-ungguh basa diberikan agar peserta didik dapat berkomunikasi menggunakan sopan dan santun dengan orang lain. Seperti halnya di sekolah, unggah-ungguh basa tidak hanya digunakan ketika jam pembelajaran bahasa Jawa berlangsung. Tetapi juga digunakan ketika waktu-waktu tertentu. Seperti rapat OSIS, musyawarah dengan guru-guru, serta kegiatan lain yang berada dalam lingkungan sekolah.

Peserta didik akan dapat dengan mudah mempelajari dan menggunakan bahasa Jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa jika pendidik dapat menerapkan cara dan upaya yang tepat pada peserta didik. Upaya pendidik dalam menerapkan unggah-ungguh basa pada peserta didik merupakan hal yang penting karena pendidik berhadapan langsung dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. (*)