Oleh: Udin Kasmudi, M.Pd.
Guru PJOK MTsN 1 Grobogan
PENDIDIKAN jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru harus dapat memahami dan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, dan strategi permainan/olahraga. Kemudian internalisasi nilai-nilai (sportivitas, jujur kerjasama, dan lain-lain) dari pembiasan pola hidup sehat.
Oleh karena itu, pelaksanaannya bukan hanya melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat teoritis. Namun lebih banyak melibatkan pengalaman mengenai unsur fisik mental, intelektual, emosional, dan sosial. Melalui pendidikan jasmani, siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, serta potensial.
Seseorang yang memiliki kemampuan inteligensi (IQ) tinggi memiliki kemampuan berfikir cepat dan mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Pada umunya permainan olahraga sangat membutuhkan kemampuan IQ yang tinggi. Karena ketika bermain sering kali dihadapkan dengan situasi-situasi yang memerlukan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat (Syafruddin, 2013:26).
Keterampilan berolahraga dapat dimaksimalkan dengan proses pendidikan yang benar. Oleh karena itu, para pendidik harus mempunyai pemahaman bahwa olahraga juga dipandang sebagai salah satu tingkat kecerdasan yang sebenarnya wajib dilatih oleh manusia. Yaitu kecerdasan kinestetik yang merupakan kemampuan manusia didalam aktifitas yang melibatkan anggota tubuh dengan benar. Baik yang didapat secara pribadi maupun yang dipelajari.
Kecerdasan kinestetik bisa dikatakan menjadi bakat yang mempengaruhi kesuksesan berolahraga. Salah satu poin penting dalam meningkatkan kecerdasan ini adalah dengan memahami kemampuan memahami gerakan (motor educability). Dengan pengetahuan mengenai motor educability seorang siswa, diharapkan nantinya pendidik dapat memaksimal kemampuan dalam berolahraga.
Memahami kecerdasan kinestetik menjadi bagian dari proses pembelajaran yang sangat penting. Karena, kegiatan pembelajaran merupakan wadah yang sangat tepat untuk siswa yang ingin mengembangkan potensi dalam bidang olahraga. Oleh sebab itu, perlu dipahami bagaimana peran motor educability dalam meningkatkan keterampilan berolahraga. Sehingga kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana dengan efektif.
Menurut uraian Pino dan Wittermans (dalam Gatot Jariono, 2011), motor educability berasal dari bahasa Inggris. Yaitu motor artinya bergerak, educatic artinya pengetahuan, dan ability artinya kemampuan. Dari rangkaian kata yang dimaksud, terbentuk istilah motor educability yang memberikan pengertian kemampuan umum bagi seseorang dalam menguasai atau menerima gerakan baru.
Cratty dalam Lutan (1988:115) mengatakan, istilah motor educability sudah menjadi suatu kata yang cukup populer di kalangan aktivis olahraga. Karena membahas tentang cepat lambatnya seseorang menguasai suatu keterampilan baru secara cermat. Dapat diketahui bahwa kemampuan motor educability seseorang dapat menunjang proses dalam mempelajari sebuah keterampilan gerak.
Kemampuan belajar memahami gerak (motor educability) merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan dan pembentukan keterampilan olahraga. Menurut Gusril (2007:11), seseorang yang memiliki kemampuan motorik tinggi, diduga akan lebih berhasil menyelesaikan tugas keterampilan motorik khusus. Syafruddin (2013:144) juga mengatakan, orang yang berbakat dan memiliki kemampuan belajar gerak yang baik lebih cepat memperoleh suatu keterampilan teknik. Yakni jika dibandingkan dengan orang yang tidak atau kurang berbakat dan rendah kemampuan intelegensinya (kognitifnya).
Olahraga merupakan bagian yang penting di dalam proses pendidikan. Dimana nantinya generasi muda yang baik itu tidak hanya memiliki kemampuan secara kognitif dan afektif saja, namun juga harus memiliki kemampuan psikomotorik. Oleh karena itu, telah menjadi tugas para guru dan pembina olahraga di sekolah dan madrasah untuk memahami aspek-aspek dari olahraga. Terutama kemampuan belajar motorik peserta didik sebagai suatu faktor keberhasilan pengembangan potensi dan keterampilan olahraga. Di samping itu, juga membantu perkembangan kognitif peserta didik. (*)