Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar dengan Think Pair Share

Oleh: Kristiyanto, S.Pd., M.Si.
Guru IPS SMP N 1 Demak

GURU merupakan tenaga pendidik yang secara langsung terlibat dalam proses belajar mengajar. Maka guru sebagai pendidik memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Guru sebagai ujung tombak peningkatan mutu pendidikan, pengajar maupun pendidik. Sehingga guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi yang diperlukan agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Guru menggunakan strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta- fakta. Tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa membangun pengetahuan di benak mereka sendiri.

Namun, kebanyakan anak didik mengalami kebosanan dikarenakan model pembelajaran yang berpusat pada guru. Sehingga kurangnya minat dan sikap siswa tersebut berdampak terhadap prestasi belajar yang secara umum kurang memuaskan. Masalah rendahnya prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS, diidentifikasifikasi karena adanya minat siswa yang masih rendah. Siswa kurang termotivasi untuk belajar. Karena pembelajaran hanya menggunakan model ceramah dan pembelajaran berjalan secara monoton tanpa ada variasi tertentu.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Selain itu, siswa masih kurang aktif, kecenderungan untuk berbicara dengan teman yang lain di saat proses belajar mengajar sangat besar dan apabila diberi kesempatan untuk bertanya ataupun menjawab materi dari guru. Maka siswa terlihat kurang aktif dan cenderung bersikap individual sehingga kerjasama antar siswa masih kurang.

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka guru merasa perlu untuk mengadakan penelitian terhadap strategi pembelajaran berkaitan dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam hal ini, peneliti dan guru sepakat untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS (think pair share).

Metode ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekan dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Keunggulan dari metode TPS adalah mudah untuk diterapkan pada berbagai tingkat kemampuan berpikir dan dalam setiap kesempatan. Siswa diberi waktu lebih banyak berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Prosedur yang digunakan juga cukup sederhana. Yakni dengan bertanya kepada teman sebaya dan berdiskusi kelompok untuk mendapatkan kejelasan terhadap apa yang telah dijelaskan oleh guru bagi siswa tertentu akan lebih mudah dipahami.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Diskusi dalam bentuk kelompok-kelompok kecil ini sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi dan memecahkan suatu permasalahan. Dengan cara seperti ini, siswa diharapkan mampu bekerjasama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

Berdasarkan hasil observasi penelitian, maka dapat diambil simpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan keaktifan siswa selama pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan sikap siswa dalam pembelajaran. Di antaranya adalah interaksi dan kerja sama antar siswa semakin baik. Siswa semakin mempunyai keberanian untuk mengemukakan ide dan pendapat di depan kelas. Pusat pembelajaran tidak lagi pada guru. Siswa dituntut untuk aktif mencari informasi serta harus dapat saling bertukar pikiran.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Berdasarkan data berupa nilai kuis sebelum dan sesudah penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan ini disebabkan siswa mempunyai kesempatan untuk mempelajari materi secara berulang–ulang dan kemudahan memahami materi yang disampaikan oleh teman sebaya. Siswa dituntut untuk bertukar informasi atau mengajarkan materi kepada temannya. Sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa pada materi yang dipelajari serta bertanggung jawab pada saat kuis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu berasal dari pihak guru maupun siswa, faktor dari pihak guru. Yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, mengelola kelas, dan metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan faktor dari siswa, yaitu minat belajar atau motivasi siswa serta keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran IPS. (*)