Pati  

Petani Masih Untung di Musim Kemarau

MEMANEN: Salah satu petani di Kecamatan Gabus sedang membersihkan kacang hijau hasil panennya, belum lama ini. (LUTHFI MAJID/JOGLO JATENG)

PATI, Joglo Jateng – Musim kemarau telah melanda Kabupaten Pati sejak beberapa bulan terakhir. Kondisi ini membuat petani yang sebelumnya menanam padi beralih menanam palawija.

Meksipun begitu, sejumlah petani di Pati Bumi Mina Tani mengaku masih mendapatkan untung di masa tanam ketiga ini. Para petani merasakan hasil panennya lebih baik dari pada tahun sebelumnya.

Hal tersebut seperti yang dirasakan oleh Sumiati (53), petani dari Kecamatan Gabus. Ia bersyukur kacang hijau yang ditanamnya bisa membuahkan hasil.

Alhamdulillah tahun ini bisa panen. Kalau tahun kemarin-kemarin nggak pernah kebagian. Karena biasanya dimakan tikus kalau nggak ulat,” ungkapnya, belum lama ini.

Sumiati mengaku tahun sebelumnya hanya mendapatkan hasil sebanyak 4 kilogram kacang hijau. Yakni di lahan seluas setengah hektare. Sehingga ia rugi modal tanam dan tenaga.

Namun di musim kemarau tahun ini, Sumiati  mendapatkan hasil panen berkali lipat dari tahun sebelumnya. “Luasnya kurang setengah hektar. Tahun kemarin hanya dapat sekitar 4 kilogram. Itu kan rugi. Tapi Alhamdulillah tahun ini kurang lebih dapat 1 kwintal,” ujar dia.

Hal serupa juga dirasakan oleh Irun (36). Petani dari Kecamatan Jaken ini bisa mendapatkan hasil dari tanaman palawija yang ia tanam. Tidak seperti tahun sebelumnya yang habis diserang hama.

Ia berhasil panen kacang tanah sekitar 1 ton di lahan seluas kurang satu hektar. Sedangkan harga komoditas tersebut juga terbilang bagus di tahun ini. Yakni sebesar 14 ribu per kilogram dari petani.

Alhamdulillah tahun ini hasil panennya lumayan bagus. Soalnya tidak begitu banyak tikus. Saya saja bisa panen 1 ton kacang tanah yang harga satu kilonya dihargai Rp 14 ribu,” ucap dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Pati, Nikentri Meiningrum mengungkapkan bahwa para petani di wilayahnya sudah pintar memilih tanaman yang cocok dengan kondisi kemarau. Apalagi pihaknya juga tidak bisa berbuat banyak terkait kondisi cuaca.

“Kita tidak bisa memaksakan tanaman harus apa. Karena cuaca tidak bisa kita prediksi. Kalau di wilayah Utara masih ada airnya. Masih bisa dipompa. Sedangkan di wilayah Selatan dipompa airnya saja nggak ada. Jadi mereka sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini,” terangnya. (lut/fat)