102 Ton Beras Disiapkan untuk Gelaran Pasar Murah

RAMAI: Masyarakat turut meramaikan gelaran pasar murah di wilayah Bumi Sembada, beberapa waktu lalu.

SLEMAN, Joglo Jogja – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) terus berupaya mengintervensi stabilitas harga pangan. Salah satunya dengan menjadwalkan pasar murah sembako di 17 Kapanewon. Sebanyak 120 ton beras disiapkan untuk perhelatan itu.

Kepala Disperindag melalui Kepala Bidang (Kabid) Usaha Perdagangan, Nia Astuti mengatakan, pasar murah digelar karena terus meningkatnya harga komoditas beras di Sleman. Ia menyebut, musim kemarau kering (El Nino) berdampak terhadap harga komoditas pangan di Bumi Sembada.

“Satu di antara yang paling terdampak adalah beras. Harga bahan kebutuhan pokok ini, untuk kualitas premium berkisar Rp 13.750 hingga Rp 14.500 per kilogram. Sedangkan kualitas medium Rp 12.812 sampai Rp 14.000 per kilogram,” terangnya kepada Joglo Jogja, beberapa waktu lalu.

Nia menambahkan, kondisi musim kemarau yang berlangsung sejak bulan Maret-April berpengaruh pada produksi dan ketersediaan stok beras di pasaran. Sehingga, hal itu menyebabkan harga di pasar cenderung mengalami kenaikan.

“Yang jelas penyebabnya faktor El Nino ya. Musim kemarau mempengaruhi produksi padi. Sehingga untuk beras ini cenderung ada kenaikan,” tegasnya.

Lebih lanjut, saat ini pihaknya sedang merintis komunikasi dengan Bulog untuk mengintervensi harga beras maupun harga bahan pangan lainnya agar tidak terus mengalami kenaikan. Intervensi dilakukan dalam bentuk kerja sama menyelenggarakan pasar murah.

“Rencananya, kami akan gelar pasar murah pada pertengahan September nanti. Yang akan dilaksanakan di 17 kapanewon di Kabupaten Sleman,” imbuhnya.

Ia menyebut, ada 102 ton beras yang disiapkan dalam penyelenggaraan pasar murah tersebut. Tiap kapanewon diberikan alokasi beras rata-rata 6 ton. Kemudian juga disediakan komoditas lainnya seperti telur, gula maupun minyak dan terigu.

“Sasarannya adalah masyarakat umum atau konsumen langsung. Jumlah satu kali pembelian, tentu nanti akan kami batasi. Untuk sekarang kami sedang rumuskan itu,” jelasnya.

Terpisah, seorang penjual angkringan Khoirono mengaku, harga komoditas beras untuk sekarang mengalami kenaikan harga cukup tinggi. Pasalnya, saat ini, ia membeli beras dengan harga Rp 13 ribu per kilo.

Ia menjelaskan, harga tersebut untuk beras kualitas medium. Baginya, harga tersebut sudah termasuk harga yang cukup tinggi dibandingkan harga biasanya di kisaran Rp 10 ribu – Rp 12 ribu per kilo. Namun, meskipun harga beras mengalami kenaikan, penjual angkringan di wilayah Ngaglik itu mengaku belum mengurangi ukuran porsi nasi yang dijual.

“Sekarang belum kami kurangi. Masih sama untuk porsi nasinya,” pungkasnya. (bam/mg4)