KUDUS, Joglo Jateng – Apel dalam rangka Hari Santri Nasional dipimpin langsung, Pj Bupati Kudus, Bergas C. Penanggungan, Minggu (22/10/23). Pada kesempatan itu, Bergas memberi gambaran jihad Islam berupa penguatan iman, peningkatan ilmu dan perbaikan diri.
“Jihad di masa kini, tidak hanya terbatas pada pertempuran fisik. Melainkan mencakup perjuangan secara holistik,” ujarnya.
Peringatan HSN di Kudus diawali dengan expo kemandirian pondok pesantren. Khotmil Quran, apel HSN, pengajian umum, dan ditutup dengan turnamen futsal santri pada 23-26 Oktober di GOR Bung Karno Kudus dengan diikuti 60 pondok pesantren.
Pihaknya juga turut menekankan pada para santri agar menerapkan nilai-nilai pancasila sebagai ideologi Negara. Hal ini, kata dia, bertujuan mencegah intoleransi dan menjadi pemicu konflik.
“Tidak hanya santri. Tetapi juga momentum buat pemerintah daerah untuk membawa ini sesuai arah tujuan negara,” ujarnya.
Para santri, lebih lanjut papar Bergas, juga memiliki tugas untuk belajar menjadi warga negara yang baik. Tentunya dengan mematuhi prinsip-prinsip habluminallah dan hablumminannas. “Santri memang tidak hanya berkewajiban memahami ajaran agama dengan baik, tetapi juga nilai-nilai agama dan pancasila sebagai panduan tindakan dan perilaku sehari-hari,” paparnya.
Kasi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren pada Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kudus, Sulthon mengatakan, turnamen futsal yang digelar Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kudus, hanya diikuti oleh santri laki-laki. Semua pertandingan dilaksanakan di GOR Bung Karno.
“Ini rangkaian kegiatan HSN tahun ini sebagai ajang menumbuhkan semangat berolahraga para santri,” terangnya.
Sulthon menerangkan, semboyan Hari Santri Nasional tahun ini adalah Jihad Santri Jayakan Negeri. Sebagaimana semangat juang santri sebagai tolok ukur dan penyokong utama kemajuan sebuah negeri. Di mana santri berperan terhadap kemajuan sebuah negara melalui perantara kemandirian pondok pesantren
Pihaknya juga terus berupaya mendorong 200 pondok pesantren yang terdata di Kudus. Dengan kurang lebih 30.000 santri di dalamnya agar bisa menjadi pondok pesantren yang mandiri.
“Sebelum puncak HSN tahun ini, juga digelar expo kemandirian pesantren yang diikuti pondok pesantren di eks Karesidenan Pati. Ini bagian dari keberlangsungan pesantren agar lebih maju ke depannya,” katanya.
Sementara itu, Peserta Expo Kemandirian Pesantren, Ulin Nuha, menyajikan produk pesantren berupa olahan kopi kacang sanca inchi. Hingga beras organik. Dirinya ingin menekankan upaya peningkatan ekonomi pada santri dengan melibatkan santri di tahap produksi hingga penjualan.
“Pesantren kami berprinsip Gus Jigang, bagus mengaji dan berdagang. Akhlak baik ekonomi juga baik. Maka, santri tidak dibebani pembayaran bulanan,” kata Pengasuh Pondok Pesantren As Sa’adah Pamotan Rembang itu.
Tidak hanya santri, lanjut dia, orang tua juga dilibatkan dalam pengadaan bahan baku produksi. Mereka juga turut antusias dalam penjualan produk pesantren ini.
“Karena produk kami adalah berupa pembuatan pupuk organik, penanaman kacang sanca inci, hingga peternakan. Maka orang tua bisa terlibat,” imbuhnya. (cr8/fat)