Menggali Akar dari Peristiwa Geger Pacinan

JANGKAR: Salah satu peninggalan sejarah yang masih di lestarikan di Taman Kartini Rembang. (DYAH NURMAYA SARI/JOGLO JATENG)

REMBANG, Joglo Jateng – Sejarah dibalik peringatan Hari Jadi Rembang, erat kaitannya dengan peristiwa bersejarah Geger Pacinan. Peristiwa ini bermula pada Oktober 1740 di Batavia, ketika VOC membunuh banyak warga Tionghoa, yang kemudian memicu gelombang pelarian mereka ke berbagai daerah, termasuk Surakarta dan Lasem.

Salah satu sejarawan Rembang Edi Winarno menjelaskan, sebagian orang Tionghoa yang berhasil melarikan diri mendapatkan perlindungan di Lasem. Pada waktu itu, Bupati Lasem merupakan seorang Tionghoa, bernama Widyaningrat.

Lasem sendiri dipimpin Raden Panji Margono dan pengusaha tegel bernama Tangkewi, ikut serta dalam perang melawan Belanda. Pertempuran ini berlangsung selama sebulan, hingga pada 27 Juli 1741, masyarakat berhasil menguasai garnisun Belanda di Rembang.

Baca juga:  Lazismu Rembang Salurkan Bantuan ke MBS Gunem

“Hari jadi Rembang diperingati bukan berdasarkan Surat Keputusan (SK). Melainkan karena keberhasilan masyarakat mengalahkan Belanda pada 1741,” ujar Edi, belum lama ini.

Selain itu, Edi menyoroti asal-usul nama Rembang yang memiliki hubungan erat dengan tradisi pertanian tebu di daerah Kabongan. Dalam tradisi panen tebu, ada upacara yang disebut ngrembang. Yaitu mengambil dua batang tebu dan melarungnya ke laut sebagai bentuk syukur dan permohonan keselamatan. Upacara ini menjadi asal muasal nama Rembang.

“Ngrembang adalah upacara petani tebu pada saat mereka masih menganut aliran animisme. Mereka melakukan panen tebu dengan harapan agar hasil panen selamat dan baik,” jelasnya.

Baca juga:  Perekaman Pemilih Pemula di Rembang Terus Digenjot

Peristiwa sejarah ini menunjukkan betapa pentingnya perlawanan masyarakat Rembang dan Lasem, dalam melawan penjajahan Belanda. “Dengan memahami akar sejarah Hari Jadi Rembang, kita bisa lebih menghargai perjuangan leluhur dalam membangun identitas dan keberanian masyarakat, yang hingga kini terus dikenang dan diperingati setiap tahunnya,” tutupnya.(cr3/sam)