Tanam Padi Biosalin dengan Sistem Tabela

AKRAB: Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu bersama petani saat menanam padi biosalin dengan sistem Tabela di Kawasan Pesisir Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, belum lama ini. (HUMAS/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang bersama Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) sedang berupaya menanam padi varietas Biosalin dengan sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) di lahan sawah payau. Tepatnya di Kawasan Pesisir Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu.

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyebut, sistem Tabela memiliki banyak kelebihan salah satunya efisiensi waktu dan tenaga pekerja. Menurutnya, di sistem Tabela ini, petani tidak perlu mengeluarkan tenaga lebih untuk melakukan semai dan pindah tanam seperti pada Biosalin 1 dan 2 sebelumnya.

“Jadi, yang pertama dulu penanaman dengan semai, baru setelah berumur 20 hari bisa pindah tanam. Tetapi untuk yang Tabela itu akan bisa mempersingkat waktu dan efisiensi waktu dan tenaga,” ucapnya melalui keterangan tertulis yang diterima Joglo Jateng, belum lama ini.

Baca juga:  224 Peserta Antusias Ikuti FTBI

Tak hanya melakukan penanaman padi Biosalin sistem Tabela, Mbak Ita, sapaan akrab Hevearita juga melakukan pemupukan terhadap padi Biosalin 1 dan 2 yang telah ditanam dengan Sistem Tapin. Ini merupakan pupuk pertama yang digunakan untuk Biosalin 1 maupun 2.

Seperti diketahui, di Kota Semarang banyak terdapat sawah payau, khususnya di wilayah kecamatan Tugu. Dalam hal ini, dengan optimalisasi lahan ini akan bisa memberikan dampak untuk kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan di kecamatan Tugu khususnya.

Tak sampai di situ, Mbak Ita juga berencana menerapkan hasil riset padi Biosalin ini di lahan pesisir sejumlah kecamatan di Ibu Kota Jawa Tengah. Terutama di wilayah Kecamatan Semarang Barat.

Baca juga:  193 Desa di Jateng Terdampak Kekeringan

“Nanti mungkin bisa bertambah di wilayah Semarang Barat, kan juga ada sawah-sawahnya. Kemudian, di Genuk dan Semarang Utara yang ada lahan tidur sawah payau bisa ditanam dengan model Tabela atau Tapin,” terangnya.

Ia berharap, pengembangan dan uji coba penanaman padi varietas Biosalin di sawah payau ini bisa berhasil. Sehingga, nantinya pada 80 hari ke depan sudah menghasilkan atau sudah panen. Hal ini untuk optimalisasi lahan pesisir.

Sementara itu, Tri Martini dari BRIN menjelaskan jika ke depan selain Biosalin 1 dan 2 akan diperkenalkan varietas unggul lain. Ke depannya akan diperkenalkan varietas unggul lain yang berpotensi juga ditanam di lahan terdampak rob di pesisir Semarang, seperti Inpari 79 Unsoed dan Gamagora 7.

Baca juga:  Yoyok - Joko Diusung 16 Parpol Parlemen dan Non Parlemen

Di sisi lain, Peneliti Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian, dan Pangan (ORPP) BRIN, Vina Eka Aristya sebagai pemulia tanaman menuturkan jika penanaman padi ini merupakan satu upaya optimalisasi lahan yang tidak produktif. Sehingga dapat mengetahui cara penanaman yang baik, penggunaan teknologi pupuk spesifik dan varietas yang baik.

“Kemudian, nanti direplikasikan ke daerah serupa. Kita ingin optimalisasi lahan yang tadinya kurang produktif menjadi lahan produktif,” pungkasnya. (int/adf)