Jateng hanya Punya 2 RS Layani Anak Cuci Darah

Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Elhamangto Zuhdan. (LU'LUIL MAKNUN/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Provinsi Jawa Tengah hanya memiliki dua rumah sakit yang menyediakan layanan hemodialisa atau cuci darah bagi anak-anak. Yaitu rumah sakit tipe A yakni RS Kariadi dan RS Moewardi.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Elhamangto Zuhdan. Ia menyebut bahwa di sejumlah daerah layanan cuci darah khusus anak memang masih terbatas, tak terkecuali di Jateng.

“Kalau di Jateng memang sama dengan di Jakarta, bahwa layanan cuci darah untuk anak-anak sangat terbatas. Yang kami tahu baru ada di Rumah Sakit Kariadi Semarang dan Rumah Sakit Moewardi Surakarta,” jelasnya saat dikonfirmasi Joglo Jateng, Senin (12/8/24).

Elham menyebut bahwa selama ini pelayanan hemodialisa antara anak-anak dan dewasa masih digabung. Kendati demikian baru-baru ini mulai ada kebijakan agar anak-anak mendapat pelayanan khusus.

Baca juga:  Bawaslu Kota Semarang Telusuri Dugaan Pelanggaran Netralitas ASN

Kendati demikian, menurutnya sejumlah rumah sakit belum memiliki sarana prasarana yang memadai. Sebab hemodialisa untuk anak-anak perlu pelayanan khusus. Seperti dokter nefrologi khusus anak-anak.

“Selain peralatan juga dibutuhkan dokter ahli yang memang khusus. Selain dokter ginjal juga butuh dokter anak, juga dokter khusus di spesialias anak nefrologi,” imbuhnya.

Menurutnya dari banyaknya rumah sakit di Jateng, baru dua rumah sakit tipe A yakni RS Kariadi dan RS Moewardi yang memadai untuk hemodialisa anak. “Selain peralatan juga ruang pelayanan yang ramah anak harus dilengkapi,” akunya.

Lebih lanjut Elham menyebut saat ini ada sekitar 11 sampai 13 pasien yang menjalani di Hemodialisa di RS Moewardi. Sedangkan di RS Kariadi kasusnya secara kumulatif dari Januari hingga Juli 2024 mencapai 438.

Baca juga:  DPR Apresiasi Kinerja PPDB dan Merdeka Belajar di Jateng

“Anak yang menjalani cuci darah di Moewardi tidak terlalu besar, hanya 11 sampai 13 itu pun memang pasien anak-anak yang sesuai indikasi medis, jadi tidak ada peningkatan. Kalau angka kunjungan di Kariadi 438, itu berdasarkan data IDI (Ikatan Dokter Anak Indonesia),” tegasnya.

Elham mengaku ada banyak penyebab anak bisa menjalani hemodialisa. Di antaranya karena sudah ada kelainan sejak lahir, gaya hidup yang tidak sehat seperti banyak minum-minuman kemasan tinggi gula dan jarang minum air putih, serta bisa juga disebabkan karena ada penyakit yang sedang ditangani sehingga merembet pada ginjal seperti auto imun.

Baca juga:  Komnas HAM Analisis Temuan Kasus dari Aksi Demo

“Penyebab kasus gangguan ginjal pada anak biasanya bawaan sejak lahir, ginjal tidak berfungsi maksimal, ada juga penyakit sindrom nefrotik, terkait gaya hidup dan lain-lain sangat sedikit, itu hanya faktor resiki bukan penyebab,” bebernya.

Kendati demikian, pihaknya pun tetap mengimbau kepada masyarakat terutama orang tua agar tetap menjaga pola hidup anak-anak. Sehingga bisa dilakukan pencegahan sejak dini.

“Orang tua biasakan memberikan contoh melakukan gaya hidup sehat. Artinya makan-makanan dengan gizi seimbang, memberikan edukasi pada anak bahwa minum-minuman manis di kemasan, makanan berkemasan yang berkelanjutan itu merupakan gaya hidup tidak sehat,” katanya. (luk/gih)