KUDUS, Joglo Jateng – Ratusan tokoh guru dan pendidik Kabupaten Kudus berdialog bersama Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah dalam acara bertajuk Njagong Bareng Pak Menteri, akhir pekan lalu. Diskusi tersebut dalam rangka Hari Guru Nasional (HGN) 2024.
Pada kesempatan itu, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, turut memberikan kabar baik untuk para guru terkait beban administrasi. Ia menyebut, mulai 2025 nanti kewajiban menyusun dan mengunggah laporan tidak lagi menjadi tanggung jawab guru.
“Tugas tersebut akan dialihkan kepada kepala sekolah dan itu pun hanya dilakukan sekali dalam setahun. Dengan kebijakan ini, guru akan lebih fokus pada tugas utamanya. Yakni mendidik siswa,” sebutnya.
Adapun, lanjut dia, untuk menghadapi tantangan global, Kementerian Pendidikan akan memberikan salah satu terobosan penting. Salah satunya pengenalan matematika dengan pendekatan kreatif sejak tingkat taman kanak-kanak.
“Matematika sering menjadi beban bagi anak-anak kita. Padahal matematika bukan hanya soal menambah pengetahuan. Tetapi bagaimana membangun kecintaan melalui logika yang menyenangkan,” imbuhnya.
Ia juga menegaskan komitmen pemerintah untuk memasukkan coding dan kecerdasan buatan (AI) dalam kurikulum sebagai mata pelajaran pilihan mulai kelas 4 SD. Pengajaran coding yang akan diterapkan, yakni berbasis internet, metode unplugged tanpa internet, serta melalui permainan interaktif.
“Kebijakan ini diharapkan mendorong keterampilan berpikir logis, kritis, dan kreatif pada siswa. Kami sudah mengadakan diskusi dengan para pakar, dan banyak sekolah di Indonesia sebenarnya sudah mengajarkan coding sejak kelas 1 SD. Namun, untuk memastikan kesiapan fasilitas dan tenaga pendidik, kami akan memulainya dari kelas 4,” tandasnya.
Di sisi lain, kata dia, standar evaluasi diperlukan untuk memberikan gambaran terhadap kualitas pendidikan dan arah yang perlu dituju ke depannya. Sistem evaluasi yang baik, menurutnya, juga akan memengaruhi penerimaan lulusan Indonesia di dunia internasional.
”Banyak negara, seperti Amerika Serikat dan Australia, yang memiliki sistem evaluasi nasional. Hal ini memengaruhi bagaimana lulusan mereka diterima di dunia internasional. Kita juga perlu mempertimbangkan hal ini,” tambahnya. (cr1/fat)