SEMARANG, Joglo Jateng – Dalam rangka memperingati hari Ibu dan hari Disabilitas pada bulan Desember 2024, TK/SD Inklusi Fun and Play menggelar berbagai lomba seperti fashion show hingga lomba mewarnai anak bersama Ibu, pada Minggu (22/12/2024).
Lomba diikuti oleh 56 peserta, terdiri dari anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) dan reguler dari berbagai sekolah. Kegiatan ini juga dihadiri oleh orang tua dan pendamping anak.
Pendiri Fun and Play, Agung Prasetyo mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkuat bonding antara ibu dan anak, serta menunjukkan potensi anak ABK.
“Kami ingin menunjukkan bahwa anak ABK juga bisa berprestasi dan memiliki hak yang sama dengan anak reguler,” katanya pada Joglo Jateng, Minggu (22/12/2024).
Dalam prosesnya, Agung mengaku kesulitan untuk menggelar kegiatan ini adalah saat meyakinkan orang tua bahwa lomba ini tidak bertujuan merendahkan anak ABK. Justru untuk menunjukkan kesetaraan hak bagi semua anak.
“Kami ingin mengangkat mereka agar sejajar dengan anak-anak lain,” tambah Agung.
Pada lomba ini ada beberapa indeks yang dinilai, antara lain dari kerjasama Ibu dan Anak dan bonding antara ibu dan anak. Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari orang tua dan peserta.
Konseptor kegiatan, Theodosia Siwi menambahkan, lomba mewarnai itu juga bertujuan untuk mengedukasi orang tua dan masyarakat soal usia mental anak yang seringkali memiliki selisih jauh dari usia biologis anak.
“Lomba lukis reguler itu kriterianya pasti kelas berapa, umur berapa. Padahal ada kesenjangan umur biologis dan umur mental. Misal anak secara biologis umur ya 18 secara mental umur 7. Itu yang ingin saya jembatani,” paparnya.
Ia berharap, ke depannya masyarakat bisa lebih mawas soal usia mental seorang ABK yang juga harus diperhatikan dalam setiap perlombaan guna memberi kesempatan yang sama kepada para ABK.
Dengan masyarakat dan lembaga pendidikan yang sudah mawas, ia berharap lomba-lomba juga bisa lebih menyesuaikan kondisi.
“Harapan saya masyarakat lebih aware tentang ability (kemampuan), bukan disability (ketidakmampuan). Mereka mampu dengan cara berbeda, asal kamu kasih kesempatan,” pungkasnya.
Selain lomba mewarnai, ada pula peragaan busana dan gelar kriya yang diikuti anak-anak. Para ABK itu menampilkan berbagai karya mulai dari miniatur, proyek prakarya, hingga lukisan yang dijual lewat Non-Fungible Token (NFT).
Hadir membuka kegiatan, Kasi Peserta Didik dan Pembangunan Karakter Paud PNF, Dinas Pendidikan Kota Semarang, Muhammad Jawar menyampaikan apresiasinya. Ia menilai kegiatan ini sangat penting bagi ABK dan keluarganya.
“Lomba mewarnai dan double challenge antara orang tua dan anak merupakan kesempatan luar biasa untuk memperkuat bonding dan meningkatkan kesadaran masyarakat. Kami berharap kegiatan ini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup anak-anak,” tegasnya.
Salah orang tua peserta, Noviana Suryaningsih (46) mengaku senang adanya kegiatan ini. Menurutnya bonding anak sangat penting bagi Ibu dan Anak.
“Bagus ya, jadi bisa terlihat ikatan ibu dan anak, jadi nggak di rumah aja, di sekolah juga, di manapun, dikondisi hari ada bonding antara ibu dan anak, itu yang menguatkan ibu dan anak,” kata Ibu dari anak siswa kelas 3 SD itu. (luk/adf)