DLHK Jateng Dorong Masyarakat untuk Kelola Sampah

Kepala DLHK Jateng Widi Hartanto. (ISTIMEWA/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Kepala DLHK Jateng Widi Hartanto menyampaikan, saat ini TPA di Jawa Tengah sudah menggunakan metode controlled landfill atau sistem pembuangan sampah. Metode tersebut dengan cara memadatkan dan meratakan sampah menggunakan alat berat, lalu ditutup tanah secara berkala.

Tak hanya itu, Widi menyebut TPA di Jawa Tengah juga menggunakan metode sanitary landfill atau pembuangan sampah ke lokasi cekung, memadatkannya dan menimbunnya dengan tanah.

“Kemarin prinsipnya pemerintah kabupaten/kota didorong untuk mengelola sampahnya, khususnya di TPA itu sudah tak lagi pakai open dumping, yang digunakan controlled landfill atau sanitary landfill, terutama sanitary landfill yang diupayakan. Supaya bisa mengurangi terjadinya kebakaran hutan, penyebaran penyakit dan hal lain yang bisa terjadi,” jelas Widi, Minggu (5/1/25).

Baca juga:  Kadarlusman Prihatin Banyak Armada BRT Tak Layak Pakai

Dirinya menyebut, upaya ini untuk mengurangi pencemaran udara hingga gas metan oleh pengelola TPA. Oleh sebab itu, pendanaan untuk mengelola TPA turut menjadi fokus DLHK selama 2025.

“Ke depan didorong untuk jadi tempat pengelolaan sampah, bisa jadi magot yang organik, jadi pupuk organik, kemudian non organik bisa jadi RDF atau daur ulang plastik,” sambungnya.

Sedangkan, Kabupaten Banyumas sebagai contoh baik dalam mengelola sampah. Widi mengklaim, sudah tak ada lagi TPA di Banyumas.

“Sudah ada contoh baik, di Kabupaten Banyumas itu sudah tidak ada lagi TPA, semua sudah selesai di tingkat kecamatan. Jadi, ada tempat pengolaah sampah di tingkat kecamatan yang dikelola oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM), didukung pemerintah kabupaten/kota, di situ sampah sudah selesai, gak ada yang dibuang ke TPA. Itu salah satu harapan Pemprov dan Pemkab dalam pengelolaan sampah,” terangnya.

Baca juga:  Momen Nataru, Indosat Optimalkan Jaringan di 15.731 Lokasi

Widi menjelaskan, pengelolaan sampah di Banyumas hanya sampai tingkat kecamatan saja. Tak ada lagi sampah yang dibuang, berakhir di TPA.

“Kalau yang di Banyumas justru lebih kepada pengolahan sampah di tingkat kecamatan, residunya kecil. Gak ada yang dibuang ke TPA, selesai di situ, habis. Dari rumah tangga dikumpulkan, masuk ke TPST kecamatan dan dikelola KSM, yang organik diambil buat magot buat kompos, pupuk, yang plastik bisa buat paving. Ada juga yang dijadikan RDF untuk pabrik semen,” jelasnya.

Lebih lanjut, Widi mendorong masyarakat Jawa Tengah untuk mengurangi sampah dari sumbernya. Ia pun turut mengajak warga untuk mau mendaur ulang sampah.

Baca juga:  Selamat! 20 Mahasiswa USM Peroleh Beasiswa BSI

“Kami mendorong kepada masyarakat untuk bersama-sama mengurangi sampah dari sumbernya. Untuk organik bisa kompos dan enzim, untuk nonorganik bisa dipilah dan didaur ulang. Ini bisa mengurangi beban di TPA,” pungkasnya.(luk/sam)