KUDUS, Joglo Jateng – Jajanan tradisional ternyata masih memiliki tempat di hati masyarakat, terutama saat dipamerkan dalam berbagai acara kuliner. Salah satu penjual yang konsisten mempromosikan makanan dan minuman tradisional ini adalah Wati, seorang warga Kudus yang menjual beragam jajanan seperti sagu mutiara, arem-arem, awug-awug, dan minuman beras kencur serta kunir asam.
Menurut Wati, makanan tradisional memiliki daya tarik tersendiri karena menawarkan rasa otentik dan kenangan masa lalu. “Orang-orang suka karena rasanya mengingatkan pada jajanan waktu kecil. Selain itu, bahan-bahannya alami dan sehat,” ujarnya saat ditemui dalam acara pameran kuliner di Kudus, Rabu (15/1/2025).
Harga jajanan yang dijual Wati cukup terjangkau. Untuk minuman tradisional seperti beras kencur dan kunir asam, Wati membanderol Rp 10 ribu per botol. Sementara makanan seperti arem-arem dan awug-awug dijual dengan harga yang ramah di kantong. “Harga terjangkau, tapi kualitas tetap saya jaga,” tambahnya.
Wati mengaku sering mengikuti acara pameran kuliner seperti ini. Selain untuk meningkatkan penjualan, kegiatan ini juga menjadi sarana untuk mengenalkan makanan tradisional kepada generasi muda. “Anak-anak sekarang banyak yang tidak tahu jajanan tradisional. Dengan adanya acara ini, mereka jadi tahu dan mencoba,” katanya.
Produk Wati juga menarik perhatian karena kemasan yang sederhana namun tetap menarik. Makanan seperti arem-arem dibungkus dengan daun pisang, sementara minuman tradisional dikemas dalam botol plastik. “Saya sengaja pakai botol kaca karena lebih ramah lingkungan dan terlihat klasik,” jelas Wati.
Wati menuturkan bahwa tantangan utama dalam berjualan jajanan tradisional adalah persaingan dengan makanan modern. Namun, dia optimistis jajanan tradisional tetap memiliki pangsa pasar tersendiri. “Kalau kita konsisten dan menjaga kualitas, pasti ada pembeli yang datang lagi,” ungkapnya.
Dia berharap masyarakat semakin mencintai jajanan tradisional dan mendukung pelaku usaha kecil seperti dirinya. “Kalau bukan kita yang melestarikan, siapa lagi? Jajanan ini bagian dari budaya kita,” pungkas Wati.
Pameran kuliner yang diikuti Wati ini berhasil menarik banyak pengunjung. Masyarakat tidak hanya menikmati jajanan, tetapi juga belajar tentang proses pembuatannya. Wati sendiri berharap bisa terus mengikuti acara serupa di masa mendatang untuk melestarikan budaya kuliner tradisional. (cr7/fat)