Kudus  

Andalkan Sekolah Bebas Nyamuk untuk Tekan Kasus DBD

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kudus, Darsono. (NUR MAIDAH /JOGLO JATENG)

KUDUS, Joglo Jateng – Upaya pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kudus kini tidak lagi bertumpu pada fogging atau pengasapan. Pasalnya, metode ini dinilai kurang efektif. Karena hanya mengusir nyamuk sementara dan membuat nyamuk kebal terhadap bahan kimia.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kudus, Darsono mengatakan, dulu, ketika kasus melonjak, pihaknya mengandalkan fogging. Namun, penelitian menunjukkan efektivitasnya rendah. Oleh karena itu, dirinya beralih ke pendekatan yang lebih berkelanjutan. Salah satunya melalui program Sekolah Bebas Nyamuk (SBN).

Program SBM yang dimulai sejak 2022 ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari nyamuk Aedes aegypti. Mengingat nyamuk ini aktif menggigit pada pagi dan sore hari saat siswa berkumpul. Hingga saat ini, lebih dari 100 sekolah di Kudus telah berpartisipasi dalam program ini.

“Setiap sekolah yang ikut SBM memiliki sistem pemantauan mingguan terhadap sarang nyamuk. Siswa dilibatkan dalam menjaga kebersihan, mendaur ulang barang bekas, serta memastikan tidak ada genangan air yang bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Hasil pemantauan dilaporkan ke guru, lalu diteruskan ke puskesmas,” jelas Darsono.

Selain SBM, Kudus juga mengalokasikan rapid test dengue dalam jumlah besar agar kasus DBD dapat terdeteksi sejak dini. “Rata-rata pasien yang meninggal adalah mereka yang terlambat ditangani. Maka dari itu, deteksi dini menjadi kunci utama,” tambahnya.

Masyarakat diimbau untuk tidak hanya mengandalkan fogging sebagai solusi utama. Tetapi juga aktif melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara mandiri di lingkungan masing-masing.

“Mencegah lebih baik daripada mengobati. Bersyukurlah atas kesehatan dengan tetap menjaganya, karena tidak ada orang yang ingin jatuh sakit,” ujar. (cr7/fat)