Perkuat Langkah Wujudkan Seni Ukir Jepara Jadi Warisan Budaya Dunia

KERJA SAMA: Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat saat bertemu dengan Duta Besar Bosnia Herzegovina untuk Indonesia, Armin Limo di Gedung Nusantara III Kompleks DPR/MPR RI, Senin (28/4). (ISTIMEWA/JOGLO JATENG)

JAKARTA, Joglo Jateng – Upaya mengangkat seni ukir Jepara ke panggung dunia melalui pengakuan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) UNESCO semakin mendapat dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya melalui pertemuan strategis yang berlangsung di Gedung Nusantara III Kompleks DPR/MPR RI, Senin (28/4), antara Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dengan Duta Besar Bosnia Herzegovina untuk Indonesia, Armin Limo.

Pertemuan ini membahas potensi kerja sama lintas negara dalam diplomasi budaya khususnya dukungan Seni Ukir Jepara mendapatkan pengakuan WBTB UNESCO.

Pertemuan ini juga membuka ruang diskusi mendalam tentang kesamaan akar budaya kedua bangsa yakni seni ukir. Bosnia-Herzegovina, melalui Kota Konjic, telah lebih dahulu mendapatkan pengakuan dunia atas tradisi seni ukirnya dari UNESCO pada tahun 2017. Sedangkan di Indonesia, Kabupaten Jepara sebagai pusat seni ukir dunia dengan julukannya sebagai “World Carving Center”, dinilai memiliki peluang besar untuk mengikuti jejak serupa.

“Saya sangat berterima kasih atas hubungan kedua negara yang baik selama ini, kita tahu Bosnia dengan jumlah populasi kurang lebih 3,5 juta penduduk dimana, 53% beragama Islam, 43% beragama Kristen dan Katolik dan lainnya memiliki kesamaan budaya ukir yang telah lama berkembang,” ujar Lestari.

Dubes Armin Limo pun menyambut baik gagasan tersebut. Ia berkomitmen untuk membuka jalur komunikasi dengan Kementerian Luar Negeri Bosnia, Kementerian Urusan Sipil, Kementerian Kebudayaan, hingga Pemerintah Kota Konjic.

Sebagai tindak lanjut konkret, Dubes Indonesia untuk Bosnia Herzegovina, Manahan Sitompul, didorong untuk segera menjalin komunikasi resmi dengan Pemerintah Kota Konjic. Dukungan dari Konjic menjadi kunci utama untuk memulai prosedur ekstensi inskripsi ke UNESCO.