Pemkab Jepara Angkat Jembul Tulakan
JEPARA – Sebanyak 80 anggota Duta Seni Jepara mengusung tradisi Jembul Tulakan dalam Parade Seni Jawa Tengah (Jateng) di Kabupaten Wonogiri, kemarin. Tradisi asal Desa Desa Tulakan, Kecamatan Donorojo itu tampil cukup ciamik dalam even yang digelar dalam rangkaian Pesta Rakyat Jateng, Hari Ulang Tahun (HUT) ke-69 Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng.
Parade diawali dari dimulai dari Kabupaten Brebes yang menampilkan tarian alat tangkap ikan tradisional. Kemudian disusul Kabupaten Pemalang dengan kesenian Kentongan dan Kabupaten Tegal pasukan panah. Kabupaten Jepara sendiri berada di urutan ke-13 setelah Kabupaten Rembang.
Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara Zamroni Lestiaza mengatakan, kontingen duta seni Kabupaten Jepara kali ini mengusung tradisi Jembul Tulakan. Menurutnya Jembul Tulakan ini, juga berkaitan kisah Ratu Kalinyamat saat melawan Arya Penangsang, yang hingga saat ini terus dilestarikan oleh masyarakat Tulakan.
“Dipilih karena ini kan pestanya rakyat. Jembul Tulakan merupakan simbol tradisi sedekah bumi warga Desa Tulakan, yang dibawa ke even hari jadi Jateng,” ungkapnya.
Di sisi lain kegiatan ini untuk memperkenalkan kepada masyarakat Jateng bahwa Jepara punya tradisi unik. Sebab, jika biasanya sedekah bumi desa yang diarak adalah hasil bumi. Namun untuk jembul yang diarak berupa iratan-iratan bamboo.“Bambu itu disusun seperti gunungan besar,” jelas Zamroni.
Sutradara Pementasan Rhobi Sani mengatakan, kali ini membawa delapan puluh personil yang terdiri dari tiga puluh penari wanita dan sisanya adalah penari laki-laki, pengarak jembul dan personil musik gamelan. Persiapam sudah dilakukan jauh-jauh hari. Mulai dari materi hingga personil yang akan tampil.
“Kami menyaring dari berbagai sekolah di Kota Jepara, Kecamatan Mlonggo, Bangsri, Donorojo, Tahunan dan Kedung. Semuanya berkolaborasi,” terangnya.
Salah satu peserta Ayu Emes mengaku senang bisa tampil dalam even Jawa Tengah. Meskipun sudah sering mengikuti kegiatan parade budaya, menurutnya kali ini agak berbeda.
“Butuh stamina yang ekstra, karena tarian yang kami tampilkan sangat menguras tenaga. Selain itu sepanjang perjalanan kita harus melakukan menari,” kata dia. (mg1/mam)