SEMARANG– Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang membagikan ribuan pil tambah darah kepada para siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri. Itu bertujuan mencegah terjadinya kasus stunting.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Semarang dr Hesty Wulandari mengatakan, kasus goyah pertumbuhan karena kekurangan gizi kronis itu terjadi sejak masa kehamilan hingga anak usia dua tahun. Untuk itu, pihaknya mencegah kekurangan gizi pada remaja putri yang kelak akan menjadi ibu.
‘Sehingga kasus stunting dapat dicegah sejak dini dengan menyiapkan calon ibu yang sehat,” terangnya di sela-sela acara pencanangan gerakan masyarakat untuk seruan lawan stunting (seruling) oleh Bupati Semarang di Desa Siwal, Kaliwungu kemarin.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Hesty, data yang ada di Dinkes mencatat ada 4.431 atau 6,15 persen kasus stunting di Kabupaten Semarang. Meski dinilai masih kecil, namun berbagai langkah pencegahan tetap dilakukan.
Selain menyiapkan generasi muda putri yang sehat, lanjutnya, juga digalakkan gerakan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM). Sebab sanitasi dan kesehatan lingkungan yang baik turut mempengaruhi kondisi ibu hamil dan calon bayi yang dikandungnya.
“Ada lima pilar STBM yang akan kita tegakkan. Harapannya sampai akhir tahun 2020 Kabupaten Semarang akan mencapai kondisi STBM penuh,” jelasnya lagi.
Pada tahun 2019 ini, Kabupaten Semarang telah mencapai kondisi seratus persen open defecation free atau setop buang air besar sembarangan sebagai salah satu pilar STBM. Sehingga termasuk salah satu dari 42 Kabupaten/Kota yang telah mencapai kondisi itu di tanah air. Pada tahun ini, kata Hesty lagi, juga akan dilibatkan anggota Pramuka Saka Bhakti Husada untuk mendukung pelaksanaan STBM.(lut)