LINGKARJATENG.COM – Dampak penyebaran virus corona membuat sejumlah perusahaan menerapkan kebijakan WFH (work from home atau bekerja dari rumah). Bagi karyawan, WFH ini memberikan suka duka tersendiri. Mungkin banyak yang merasa bosan karena tidak bisa jalan-jalan melakukan aktivitas di luar rumah lainnya. Tapi di sisi lain WFH juga membawa keuntungan misalnya dalam bentuk penghematan biaya transportasi dan waktu.
Kelebihan waktu dan dana transportasi harus dikelola dengan baik, agar tidak karena iseng, Anda menghabiskan waktu dan uang untuk belanja online, misalnya membeli barang-barang yang bukan kebutuhan utama.
Berikut tips dari Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Dimas Ardhinugraha agar keuangan Anda di masa pandemi ini bisa terkelola dengan baik.
1. Bantu orang lain yang membutuhkan
Pandemi Covid-19 yang terjadi di berbagai belahan dunia ini telah merenggut nyawa dan telah menghilangkan mata pencarian serta penghasilan sebagian masyarakat. Bagi Anda yang saat ini masih menerima penghasilan utuh, ulurkan tangan Anda untuk membantu sesama yang kehilangan pekerjaan atau penghasilan, maupun untuk tenaga medis yang berhadapan langsung dengan penanganan Covid-19. Donasikan sebagian rezeki Anda untuk membantu mereka. Berapa pun donasi Anda, akan sangat berarti bagi saudara kita dan keluarganya.
2. Siapkan dana darurat
Tidak ada yang tahu pasti kapan pandemi ini akan berakhir. Bagi karyawan yang saat ini masih memiliki pekerjaan dan menerima gaji secara utuh, manfaatkan rezeki ini dengan sebaik-baiknya. Saya sarankan untuk memprioritaskan dan sesegera mungkin mengisi penuh pos dana darurat.
Dalam kondisi normal, umumnya dana darurat disiapkan untuk menutupi biaya hidup atau pengeluaran selama 3 hingga 6 bulan. Tapi saat ini kita berada dalam kondisi yang tidak normal. Seperti saya sampaikan di awal, tidak ada yang tahu kapan pandemi ini akan berakhir, dan apa dampaknya bagi keuangan keluarga ke depannya.
“Jadi saran saya pertama, kurangi pengeluaran yang tidak perlu. Kedua, siapkan dana darurat untuk memenuhi kebutuhan hidup Anda bersama keluarga selama 6 bulan hingga 1 tahun. Saya tahu ini terdengar sangat besar dan berat. Apalagi harus disiapkan dalam waktu singkat. Tapi perlu diingat, ini bukan kondisi normal. Jika Anda memiliki dana darurat yang cukup, Anda bisa lebih tenang dalam menghadapi segala ketidakpastian yang mungkin terjadi di depan,” terangnya.
Untuk menyiapkan dana darurat, Anda bisa memanfaatkan beberapa sumber daya. Pertama, maksimalkan dari penghasilan bulanan. Tingkatkan persentase atau porsi dari pendapatan Anda untuk mengisi dana darurat. Misalnya, jika sebelumnya Anda menyisihkan 5-10 persen, kali ini sisihkan 30-40 persen dari penghasilan untuk mengisi pos dana darurat.
“Catatan, angka ini hanya perumpamaan ya. Sesuaikan dengan kondisi keuangan masing-masing. Untuk menambah porsi pos dana darurat, Anda bisa mengambil dari pos transportasi, pos gaya hidup (makan di luar, nonton bioskop, liburan, kumpul bareng teman), dan lain-lain,” terangnya.
3. Manfaatkan THR
Sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadan, diikuti hari raya Idul Fitri. Kalau Anda mendapatkan THR, alokasikan mayoritas dana THR untuk mengisi pos dana darurat. Jangan mudik dulu. Untuk stop penyebaran Covid-19, perlu kerja sama semua orang, termasuk Anda. Kalau Anda tetap #DiRumahAja, pandemi ini diharapkan tidak akan berkepanjangan. Dana untuk mudik, beli baju baru atau kue-kue lebaran bisa Anda gunakan untuk memaksimalkan isi pos dana darurat. Rayakan Lebaran secara sederhana.
4. Manfaatkan reksa dana pasar uang untuk menyimpan dana darurat
Simpan dana darurat di tempat yang aman, mudah dicairkan atau likuid, dan tumbuh atau memberikan potensi imbal hasil. Disarankan untuk menyimpan dana darurat di reksa dana pasar uang. Beberapa kelebihan reksa dana pasar uang di antaranya adalah sangat terjangkau (cukup dengan minimal Rp 10 ribu), likuid (dana yang dicairkan akan masuk ke rekening tabungan nasabah dalam waktu yang telah ditetapkan dalam prospektus), tidak ada biaya masuk dan keluar, bukan objek pajak, dan memiliki potensi imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan tabungan atau deposito.