MENJADI seorang instruktur senam menjadi pilihan Widya Mayung Mardhalena (21). Meskipun awalnya dipaksa oleh ibunya untuk berlatih senam, Mayung akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa pendidikan instruktur senam di Pekalongan.
Mahasiswa Universitas Pekalongan semeter delapan ini mengatakan, selain senam dapat menjaga kesehatan, juga menjadikan dirinya yang tadinya mempunyai badan kurang ideal menjadi lebih ideal. Sebab ketika senam seluruh anggota tubuh dipaksa untuk bergerak dan membakar lemak agar menjadi otot.
“Sekarang ngerasa tubuh lebih ideal dan sehat karena senam, padahal dulu menolak karena malas gerak (mager) olahraga. Tapi malah ketagihan bahkan bisa sampai jadi profesi aku sekarang. Yaitu menjadi instruktur senam terutama aerobik, body language (bahasa tubuh) dan lansia,” ujarnya, Minggu (27/3).
Ia mengatakan, untuk menjadi seorang instruktur senam seorang pesenam harus memiliki sertifikasi. Karena itu, Mayung mengikuti tes beasiswa pendidikan instruktur senam di Pekalongan dan lolos. Hingga akhirnya, bagi Mayung sekarang, senam adalah hidup juga belahan jiwa yang tidak bisa dipisahkan darinya.
Hal itu karena sejak menjadi seorang instruktur, dirianya dapat bergaul dengan semua orang. Padahal, ia dulunya seorang introvert (penyendiri). Sebab ketika melatih peserta senam, ia dituntut untuk mengerti cara membuat keadaan lebih meriah dan semangat.
“Yang sulit itu di kelas lansia, kita instruktur harus sabar dan tidak terlalu menggebu-gebu. Karena gerakan lansia lebih pelan jadi kita harus bisa mengikuti ritme mereka,” katanya.
Dalam sekali kelas senam, Mayung mematok harga 200 ribu untuk orang-orang kantor dan minimal 100 ribu untuk lainnya. Meskipun pemasukannya tidak terlalu besar, tapi ia tetap nyaman karena bisa menyehatkan tubuh diri sendiri dan orang lain. (fan/gih)