Kurangnya Pendampingan Picu Fenomena Klitih

Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi. (AFIFUDIN / JOGLO JOGJA)

KOTA, Joglo Jogja – Kurangnya pendampingan orang tua disinyalir menyebabkan fenomena kekerasan remaja sukar terurai. Pasalnya, secara data ada sebanyak 65 persen pelaku kekerasan jalanan (klitih) di Kota Yogyakarta akhir-akhir ini, berasal dari keluarga bermasalah.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, pihaknya sudah berusaha dengan segala daya upaya agar tindak kriminal itu terputus rantainya. Namun, tanpa peran keluarga, rasanya pembinaan pada remaja tak akan maksimal.

“Kasus terakhir itu 65 persen pelaku berasal dari brokenhome, dititipkan kakek, atau kerabat. Kemudian, rata-rata selalu diawali minum minuman keras. Kayak es teh itu, plastikan, padahal miras,” ungkapnya baru-baru ini.

Lebih jauh, ia mengaku sejak tahun 2018 pihaknya sudah mulai melakukan langkah-langkah penanggulangan klitih. Selain itu, berdialog dengan berbagai pihak pun sudah dilakukan untuk menangani problem ini.

Hanya saja, menurutnya setiap fenomena ini mencuat, pola yang muncul senantiasa berubah. Sehingga, pola penanganannya pun otomatis harus menyesuaikan.

“Awal-awal sasarannya acak, empat lima tahun lalu, yang jadi korban banyak yang tidak tahu apa-apa. Tapi, akhir-akhir ini tidak lagi acak, sudah jelas anggota geng,” lanjutnya.

Oleh karena itu, pihaknya sudah menekankan pada seluruh sekolah. Baik negeri maupun swasta, agar bertindak lebih keras dalam memberantas tumbuh kembang geng pelajar. Upaya kaderisasi yang dilakukan alumni, supaya kelompok itu bisa terus eksis, harus bisa disumbat oleh sekolah.

Dari hasil koordinasi tersebut, pihaknya tak segan memberikan sanksi bagi para anggota geng. Salah satunya adalah langsung dikeluarkan dari sekolah.

“Kemudian, kami juga berharap peran serta dari masyarakat untuk mengawasi lingkungan masing-masing, karena sudah mulai bergeser ke sana juga. Kejadiannya, paling sering kisaran 02.00, atau 03.00,” imbuhnya. (fif/bid)