Oleh: Jaziroh, S.Pd.SD
Guru SD N Ambokulon, Kec. Comal, Kab. Pemalang
PEMBELAJARAN ilmu pengetahuan sosial (IPS) dilakukan dengan mengajak peserta didik terlibat aktif, kreatif, dan menyenangkan serta bermakna. Untuk itu diperlukan metode yang kreatif. Dalam pembelajaran kelas V SD Negeri Ambokulon semester 1, dengan kompetensi dasar mengidentifikasi karakteristik geografis Indonesia sebagai negara kepulauan/maritim dan agraris serta pengaruhnya terhadap kehidupan ekonomi, sosial, budaya, komunikasi serta transportasi, indikator capaian pembelajaran dikhususkan menjadi mengidentifikasi pengaruh karakteristik geografis Indonesia terhadap kehidupan ekonomi. Diperlukan metode yang tidak biasa pada pembelajaran IPS dengan indikator tersebut.
Pada pembelajaran ini metode yang digunakan adalah dengan membuat media berupa maket sederhana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, maket adalah bentuk tiruan (kapal, gedung, pesawat terbang, dan sebagainya) dalam tiga dimensi dan skala kecil. Biasanya dibuat dari kayu, kertas, tanah liat, dan sebagainya.
Dalam pembalajaran IPS, media tersebut digunakan untuk menggambarkan kenampakan permukaan bumi. Tujuannya agar peserta didik memahami bentuk kenampakan permukaan bumi, bukan hanya dengan imajinasi masing-masing. Berdasarkan pengalaman pribadi penulis saat berdinas di daerah pegunungan, ada beberapa peserta didik yang tidak mengetahui apa itu pantai. Begitupun saat mengajar di dataran rendah, ada beberapa peserta didik yang tidak tau seperti apa gunung. Tapi dengan maket, peserta didik dapat memegang langsung. Harapannya proses dan hasil pembelajaran berhasil dengan baik.
Maket dibuat dengan ukuran 100 cm x 100 cm. Kertas semen digunakan untuk membuat replika kontur permukaan bumi berupa laut, danau, dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, sungai, dan sebagainya. Kemudian, cat digunakan untuk memberi warna yang menarik dan membuat kertas lebih kaku. Sehingga bentuk kenampakan bumi tidak berubah. Selanjutnya tambahkan air sebagai gambaran bentuk laut agar maket terlihat lebih nyata. Bagian yang terdapat air dilapisi dengan plastik. Untuk pepohonan dan tanaman lain, print-kan dari gambar dengan kertas yang kaku.
Setelah maket dibuat, pembelajaran dilanjutkan dengan tanya jawab tentang nama-nama bentuk permukaan bumi yang ditunjuk oleh guru. Setelah peserta didik paham bentuk-bentuk permukaan bumi, guru memberi contoh kegiatan ekonomi seseorang berdasarkan letak geografisnya.
Contohnya adalah kegiatan ekonomi sebagian besar masyarakat yang bertempat tinggal di pantai, yaitu nelayan. Kemudian peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dengan nama yang unik. Kelompok satu misal diberi nama “pantai”, kelompok dua bernama “dataran rendah”, kelompok tiga “dataran tinggi”, dan sebagainya. Setelah itu meraka diminta mendiskusikan jenis kegiatan ekonomi seseorang/masyarakat berdarakan letak geografisnya. Guru membatasi waktu diskusi.
Selama peserta didik berdiskusi, guru berkeliling memperhatikan keaktifan peserta didik untuk dimasukkan dalam lembar pengamatan. Selain itu, yang terpenting adalah membimbing dan mengarahkan diskusi kelompok yang berjalan sesuai koridornya, serta memastikan setiap anggota kelompok terlibat aktif. Hasil diskusi kelompok dituliskan pada lembar kerja yang telah disediakan oleh guru.
Selanjutnya, masing-masing kelompok maju bergantian memaparkan hasil diskusi kelompoknya dengan menggunakan maket. Peserta didik dari kelompok lain boleh bertanya, menanggapi, bahkan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain, jika kelompok yang sedang presentasi tidak tahu jawabannya. Terakhir, peserta didik bersama dengan guru menyimpulkan materi pembelajaran yang benar. Peserta didik menuliskan kesimpulan tersebut pada buku tulis masing-masing.
Dengan diskusi, peserta didik berlatih bersosialisasi, bekerja sama, menyampingkan egoisme, saling membantu, berbagi, dan menyampaikan pendapat. Peserta didik dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan lancar, menjawab soal secara tertulis dengan baik. Hasil evaluasi belajar menunjukkan nilai yang baik diatas kriteria ketuntasan minimal. Harapannya, hasil pembelajaran ini dapat tertanam dalam kemampuan kompetensi, bermakna, dan beguna sepanjang hayat. (*)