SEMARANG, Joglo Jateng – Coro santan dan ketan biru merupakan makanan khas yang hanya muncul di Bulan Ramadan dan acara tradisi Dugderan di Kota Semarang. Kedua makanan tersebut bisa ditemukan di Pasar Ramadan. Tepatnya di lapak Gudeg Jogja Notoyudan Bu Hj. Shokanah, Alun-alun Kauman Semarang.
Adonan coro santan terdiri dari ketan, terigu, gula jawa, dan gula pasir. Kemudian, setelah dicampur, semua bahan dibentuk bulat, dan langsung di goreng. Sedangkan untuk ketan biru menggunakan nasi ketan yang diberi pewarna makanan.
“Pelengkap untuk ketan birunya yakni parutan kelapa yang dicampur gula Jawa yang tentu menambah rasa manis dari ketan biru,” kata pemilik lapak Gudeg Jogja Notoyudan Bu Hj. Shokanah, Jinah (55), Rabu (5/4).
Ia mengaku, sudah berjualan sejak tahun 1965. Dirinya merupakan generasi kedua yang meneruskan makanan khas yang sudah jarang ditemukan di Semarang tersebut.
“Saya sudah 24 tahun berjualan makanan ini dan resep-resepnya dibagikan secara turun- temurun,” tambahnya.
Selama Ramadan, kata dia, penjualan coro santan dan ketan biru selalu habis. Kebanyakan yang membeli dari kalangan orang tua.
“Ya Alhamdulillah penjualan selama bulan ramadan selalu habis. Untuk coro itu bisa habis kurang lebih bisa 100 bungkus, dan ketan biru sendiri bisa habis 7 kilo,” ungkapnya.
Satu porsi coro santan yang berisi 2 buah dihargai Rp 5 ribu. Sedangkan, untuk ketan biru Rp 10 ribu.
Biasanya, selain menjualkan kedua makanan khas itu selama Ramadan, Jinah juga berjualan di sekitar Kampung Bustaman. Selain menawarkan coro santan dan ketan biru, lapaknya juga menjual makanan berat. Seperti gudeg, lontong opor, petis bumbon, sambal goreng, dan masih banyak lagi. Harganya berkisar antara Rp. 5 ribu sampai Rp 23 ribu. Buka mulai jam 11.00 hingga 22.00. (cr7/mg4)