SLEMAN, Joglo Jogja – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman menyiapkan sejumlah skenario pencegahan dan respon untuk menghadapi potensi kekeringan. Sebanyak 29 tangki yang masing-masing memiliki kapasitas 5.000 liter disiapkan untuk menghadapi potensi kekeringan tahun ini.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Bambang Kuntoro mengatakan, saat ini, pihaknya telah siap siaga menghadapi potensi bencana kekeringan di Bumi Sembada. Sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Grofisika (BMKG) telah merilis informasi peringatan bencana kekeringan di delapan kapanewon di Sleman. Meliputi Berbah, Depok, Gamping, Kalasan, Minggir, Ngemplak, Prambanan, dan Seyegan.
Namun hingga akhir Juni, BPBD belum ada laporan wilayah kekeringan di Sleman. Termasuk di sejumlah wilayah yang sebelumnya disebutkan berpotensi mengalami kekeringan.
“Sampai dengan saat ini, belum ada laporan dan hasil pantauan serta monitoring BPBD dan tim serta relawan setempat tentang kekeringan atau kekurangan air baku di wilayah yang diperkirakan mengalami kekeringan sesuai prakiraan BMKG,” katanya, belum lama ini.
Meski begitu, BPBD Sleman telah menyiapkan upaya-upaya penanganan kekeringan. Di antaranya lewat penerbitan Keputusan Bupati Sleman tentang Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi No.19.2 /Kep. KDH/2023 sejak 10 Maret 2023 lalu.
Dalam SK itu, telah diatur langkah-langkah antisipasi bencana kekeringan. Selain itu BPBD Sleman juga tengah menyiapkan 29 tangki air yang masing-masing dapat menampung 5000 liter air untuk di dropping air ke lokasi-lokasi kekeringan.
Merujuk pengalaman sebelumnya, kekeringan di Sleman sempat terjadi di wilayah Banyurejo, Tempel yang melanda Padukuhan Tangisan, Plambongan, dan Jambeyan. Selain itu wilayah Susukan I dan Susukan II, Margakoton, serta Sayegan juga sempat mengalami kekeringan sebelumnya.
“Kekeringan yang terjadi karena dampak revitalisasi Selokan Mataram. Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak akan koordinasi bila akan ada revitalisasi Selokan Mataram dengan OPD terkait. Sehingga tidak berdampak buruk atau kekeringan,” tuturnya.
Sementara wilayah Prambanan seperti Gayamharjo, Sambirejo, Wukirharjo, dan sebagian Sumberharjo yang dulu sempat rawan kekeringan, kini pasokan airnya mulai stabil. Sejak dibangunnya pompa dari PDAM pada 2020 lalu, kebutuhan air kawasan tersebut kini disuplai dari mata air Padukuhan Pendekan, Tirtomartani, Kalasan.
“Air dinaikkan ke bak penampung di wilayah tertinggi di Prambanan lalu diluncurkan secara gravitasi ke hidran umum di beberapa wilayah dan di sambungan rumah di wilayah Prambanan,” pungkasnya. (bam/mg4)