SEMARANG, Joglo Jateng – Dalam momen Hari Remaja Internasional yang jatuh pada 12 Agustus lalu, Psikolog Semarang Probowatie Tjondronegoro mengukapkan bahwa remaja saat ini sangat membutuhkan pengakuan dari kedua orang tuanya. Hal itu lantaran, saat ini masih banyak pergaulan bebas yang terjadi di instansi pendidikan, maupun lingkungan sekitar.
“Remaja itu butuh pengakuan, dihargai, nampang, dan sebagainya. Sekarang tergantung kebutuhan dan lingkungan. Sehingga kadang-kadang sekarang ini banyak remaja yang tawuran itu karena lingkungannya yang seperti itu. Anak-anak remaja lebih takut kehilangan kelompoknya dari pada dimarahi orang tuanya. Nah Ini yang namanya psikologi kelompok atau massa,” ucapnya saat dihubungi Joglo Jateng, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, adapun faktor anak yang cenderung memilih untuk melakukan pergaulan bebas salah satunya karena kurang perhatian. Misalnya kedua orang tua sedang sibuk bekerja sehingga komunikasi di dalam rumah berkurang.
“Kedua media sosial. Mereka (remaja, Red.) ini hanya mencontoh orang-orang yang di medsos tanpa tahu itu benar atau tidak. Jadi kalau temannya berkata ‘kalau kamu gak ngerokok gak boleh kelompok sini’. Itu remaja seperti ini. Sehingga dibutuhkan dari keluarga ada aturan dan komunikasi,” jelasnya.
Bu Probo, -sapaan akrabnya- menyampaikan, masa remaja merupakan masa topan dan badai, yang artinya belum saatnya dewasa. Namun dianggap sudah besar oleh orang lain.
“Kalau dulu masa remaja itu dari 14 tahun, sekarang anak-anak jelas SMP sudah masuk perilaku sudah kayak anak besar. Karena dia banyak yang dicontoh, anak-anak itu kan belajar model yang ada di sekitarnya nah itu yang dia anut. Sehingga kita gak bisa bilang bahwa remaja sekarang brengsek dll tapi bagaimana kita mengenalkan kepada mereka mungkin ada kelompok remaja, di sekolah ada OSIS, Pramuka. Nah itu yang mewadahi status mereka,” terangnya.
Dosen Psikologi di Universitas Semarang (USM) itu juga mengatakan masa remaja saat ini tantangannya semakin besar, dan sulit lantaran terlalu banyak pandangan dan simulasi. Sehingga anak remaja bingung untuk memilih.
“Jadi menurut saya tidak sepenuhnya menyalahkan mereka. Karna mereka sedang mencari identitas mereka dan perlu pengarahan dan wadah,” ungkapnya.
Adapun antisipasi supaya anak remaja terhindar dari pergaulan bebas. Yakni diperlukannya lingkungan keluarga yang hangat, jika di keluarga anak bisa diterima dengan baik. Setidaknya anak memiliki rem untuk tidak terpengaruh.
“Meskipun, dia bertemu dengan teman- teman yang seperti apa setidaknya dia punya rem tapi kalau tidak ada komunikasi di rumah dia akan mencari jati dirinya di luar seperti minum (minuman keras, Red.), tawuran itu yang akan terjadi. Menurut saya komunikasi dalam rumah harus lebih oke supaya anak- anak keluar rumah ada pegangan,” tuturnya.
Menurutnya, peran orang tua dalam mendidik anaknya untuk terhindar dari pergaulan bebas sangat penting. Dengan cara yang dapat dilakukan, yaitu orang tua mendengarkan terlebih dahulu permasalahan yang dialami oleh anaknya. (cr7/mg4)