SEMARANG, Joglo Jateng – Ratusan anak muda mengikuti kegiatan nonton bareng (nobar) offline kelima film Laut Bercerita di Gedung Serbaguna Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (Undip). Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama Penerbit KPG dengan Bukit Buku, Grobak Hysteria, FIB Undip, dan Gramedia Pandanaran Semarang. Kemudian juga didukung Hysteria Magazine dan Dewan Kesenian Semarang (Dekase).
Ketua Koordinator Nobar Laut Bercerita, Silviana Dharma mengukapkan, antusiasme dari penonton di Semarang sangat luas biasa. Diakuinya, ini merupakan nobar offline dengan penonton terbanyak selama tour Laut Bercerita.
“Soalnya di Jogja dan Solo mereka juga 400 orang tapi dua sesi. Karna tempatnya muatnya 200 ini rame banget. Dan semua bisa masuk total 600 orang disini,” jelasnya saat ditemui Joglo Jateng, belum lama ini.
Ia menambahkan, tour nobar offline ini sudah ada sejak tahun 2017 lalu. Pihaknya menargetkan lokasinya di sejumlah universitas lantaran dari sisi alur bukunya sendiri sangat dekat dengan mahasiswa. Selain menarik perhatian anak-anak muda yang tertarik di dunia sastra maupun sejarah, pihaknya ingin mendorong anak muda untuk lebih menyukai alur cerita yang lebih berat.
“Kebebasan kita hari yang kita dapat tidak taken for breath tapi memang ada perjuangan berdarah dari aktivis 98. Kita lihat negara saat ini makin enak. Tapi dulu untuk baca buku aja sudah susah sekali. Dan waktu itu fiksi bersejarah isinya kritik terhadap pemerintah sulit banget,” ujarnya.
Dirinya berharap, kegiatan nobar ini bisa menjadi jembatan bagi anak muda lebih mencintai sastra sampai akhir hayat. Selain itu, menjadi gerbang membuka dialog untuk pejuang di masa lalu yang tidak melupakan sejarah.
Salah satu penonton dari Jurusan Teknik Sipil Undip, Evi Herniati mengaku lebih menyukai sisi visual dari karakter film Laut Bercerita. Namun, dirinya menilai, durasi film yang disajikan terlalu singkat.
“Kurang lama, dan lebih emosional membaca novelnya sih jujur karena lebih detail juga. Dilihat sebagai keluarga yang ditinggalkan pasti akan merasakan kehilangan selamanya mungkin lebih ditenangkan aja hatinya,” ucapnya.
Setelah film berakhir, Evi mengaku merasakan simpati kepada beberapa karakter keluarga yang ditinggalkan oleh anaknya saat memperjuangkan haknya sebagai warga negara Indonesia. Dirinya juga menilai, bahwa aktivis pada tahun 1998 sangat aktif untuk mengulik suatu konflik melalui organisasi yang dijalankan.
Menurut pantauan Joglo Jateng, setelah sesi nonton bersama selesai, acara dilanjutkan dengan sesi talkshow bersama penulis naskah sekaligus penulis buku Laut Bercerita Leila S. Chudori dan sutradara Pritagita Arianegara. Kegiatan diakhiri dengan sesi tanda tangan buku karya Leila S. Chudori. (cr7/mg4)