Puluhan Siswa SD Gambar Mural di Tembok

ANTUSIAS: Salah satu siswa tengah menggambar mural di tembok pagar SD Negeri Sawit, (JANIKA IRAWAN/JOGLO JOGJA).

BANTUL, Joglo Jogja – Puluhan siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) menggambar mural di tembok sepanjang 60 meter. Dengan tema Saba Sawah, kegiatan ini melibatkan lima sekolah, di antaranya SD Negeri Sawit, Sanggar Anak Alam, Sekolah Akar Rumput, Home schooling dan SD Negeri Jarakan.

Adapun gelaran tersebut merupakan rangkaian dari pameran anak Sabah Sawah yang diadakan oleh Biennale Jogja, yang bertempat Balai Budaya Karang Kitri, Padukuhan Kweni, Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon. Sekaligus bekerja sama dengan beberapa sekolah yang berbeda di Kalurahan Bangunjiwo dan Panggungharjo.

Koordinator Pameran Anak Saba Sawah Biennale Jogja, Karen Hardini mengatakan, menggambar mural bersama anak-anak tersebut merupakan rangkaian dari pameran. Serta, yang dibuka sejak 14 Oktober hingga 16 November mendatang.

“Pameran anak Saba Sawah ini terdiri dari 10 workshop anak-anak. Salah satunya menggambar mural di tembok pagar SD Negeri Sawit, yang dilakukan Kamis (2/11) hingga Jumat (3/11),” ungkapnya.

Menurutnya, penentuan tempat tersebut merupakan bagian trajektori baru yaitu desa. Ada 14 titik lokasi yang terfokus di Kalurahan Panggungharjo dan Bangunjiwo. Atas dasar itu, pihaknya melihat satu ruang yaitu Limasan Kadang Kitri.

“Menjadi menarik kalau ruang tersebut kami respon, sekaligus menghimpun sekolah-sekolah. Adapun maksud dan tujuannya, kami ingin merespon ruang alternatif. Karena kami merasa penting untuk melibatkan anak-anak dan berusaha terlibat dalam proses itu,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala SD Negeri Sawit, Ardhian Herda Permana menyampaikan, kegiatan ini memiliki nilai positif untuk kreativitas anak-anak. Dikarenakan SD Negeri Sawit secara lokasi dekat dengan limasan tersebut. Maka pihaknya mengirimkan siswa-siswinya untuk terlibat dalam workshop.

“Terkait tembok pagar sekolah yang di jadikan objek mural menurut kami adalah hal yang positif. Karena sebelumnya kondisinya memang dipenuhi oleh mural-mural yang tidak bagus dan kotor,” ujarnya.

Pihaknya menambahkan, sebelumnya anak-anak suka coret-coret di tembok. Sehingga menggambar mural tersebut penting, sebagai sarana menyalurkan kreativitas siswa-siswi. Kemudian, guna menyadarkan mereka untuk menjaga sarana prasarana sekolah.

Lebih lanjut, seandainya siswa-siswi tertarik dengan menggambar, pihaknya tidak akan membatasi kreativitas anak-anak. Bahkan hal itu menjadi referensi bagi sekolah untuk melihat ketertarikan anak-anak terhadap dunia lukis.

“Kami cukup terbuka akan hal yang berhubungan dengan kreativitas. Kalau tembok mungkin sudah tidak ada lagi, kami mungkin akan salurkan ke media lain. Misalnya seperti yang sudah kami lakukan yaitu membatik,” pungkasnya.(cr13/sam)