KUDUS, Joglo Jateng – Guna menekan penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus menggelar lomba bebas jentik nyamuk. Lomba ini merupakan bentuk peringatan Hari Kesehatan Dunia melalui mengkampanyekan Sekolah Bebas Nyamuk (SBN) kepada sekolah dasar (SD) di Kudus.
Hasil perlombaan memenangkan SDIT Umar Bin Khathab sebagai juara I. MI NU Banat Kudus sebagai juara II dan SDN 2 Garung Kidul menempati juara III. Serta MI NU Tarbiyatul Falah Colo seagai The Best Supported Team.
Menurut pemaparan Kepala SDIT Umar bin Khathab, Agustina Lilik, pihaknya bersama koordinator lomba, Siti Robiatul Maulida, serta siswa dari tim Juru Pemantau Jentik (Jumantik) SDIT Umar bin Khathab membuat beberapa inovasi untuk diajukan lomba. Diantaranya ekoenzim, ovitrap, kampanye PSN, dan penanaman serai oleh siswa.
“Dari kesekian kegiatan dan inovasi yang selama ini telah kami lakukan. Semuanya siswa yang menjadi penggerak utama. Mulai dari kelas 2 hingga 6,” jelasnya.
Untuk kelas dua, lanjut Lilik, diberikan tugas membuat eco enzim dari sampah organik kulit buah-buahan. Ecoenzim yang bermanfaat untuk mengusir nyamuk. Dan lebih aman karena tanpa bahan kimia.
“Sementara kelas tiga, kami arahkan membuat ovitrap. Yaitu jebakan nyamuk dengan kandungan larvasida dari ragi. Pembuatan ini juga dilakukan para siswa. Dan ditempatkan di masing-masing sudut kelas,” imbuhnya.
Di kelas selanjutnya yaitu kelas empat membuat inovasi semprotan anti nyamuk. Dengan hasil panen dari tanaman serai di kebun sekolah yang ditanam langsung oleh siswa kelas 5.
“Sementara kampanye bebas nyamuk dilakukan oleh kelas enam dengan membuat poster. Kampanye mereka sasaran utamanya adalah kelas satu. Mereka juga intens memberikan pendampingan berupa di grup secara online masukan masukan. Pembinaan. Dokcil dan Jumantik. Penilaiannya kegiatan pemberantasan sarangnnyamuk dg 3M plus.
Lilik menjelaskan, semua inovasi yang dilakukan oleh siswa ini dilakukan dengan pendekatan alam non kimia. Ia juga mengajak seluruh warga sekolah turut berkomitmen menjaga sekolah dari nyamuk. Hal ini dilakukan guna membentuk generasi alim, mandiri, dan peduli lingkungan terhadap semua pihak sekolah.
“Kami tidak menduga kalo bisa meraih juara 1. Karena sebenarnya praktik baik ini sudah kami lakukan sebelum ikut lomba. Sebab, ini bagian dari menjalankan visi misi sekolah. Menjadikan cinta lingkungan sebagai karakter di masing-masing individu,” jelasnya.
Tim Jumantik dan Dokter Kecil yang diambil dari 10 persen total siswa diapresiasi Lilik. Mereka, kata Lilik, telah berpaya menciptakan lingkungan yang sehat dengan baik. Ia berharap praktik baik ini tetap menjadi kebudayaan di sekolah.
“Tidak hanya jargon atau ucapan belaka tapi dilanjutkan dengan katakter baik di sekolah dan di rumah. Maka dibutuhkan kerjasama dari semua pihak,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten (Dinkes) Kudus Nuryanto, menyebutkan, saat ini sudah mulai turun hujan sehingga perlu ada upaya mencegah penyebaran penyakit DBD. Salah satunya menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas jentik nyamuk.
“Sekolah yang menjadi peserta merupakan masing-masing kecamatan dua perwakilan baik SD maupun Madrasah Ibtidaiyah (MI). Sedangkan penunjukan sekolah yang akan mengikuti lomba tersebut diserahkan kepada masing-masing koordinator wilayah (Korwil) Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga,” katanya.
Dalam penilaiannya, imbuh dia, di lingkungan sekolah harus bebas dari jentik nyamuk serta ada upaya internal sekolah menciptakan lingkungan bersih dan bebas jentik nyamuk dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pemberian abate, serta ada sosialisasi pencegahan DBD. Untuk menciptakan lingkungan yang bersih, kata dia, tidak hanya di lingkungan sekolah, melainkan orang tua murid juga harus melakukan PSN di rumahnya masing-masing.
“Pemenang lomba akan diumumkan pada tanggal 12 November 2023 yang bertepatan dengan puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) di Kabupaten Kudus,” ujarnya. (cr8/fat)