Kendal  

Jadi Unggulan, Produksi Jagung di Kendal Tiap Tahun Meningkat

Sub Koordinator Tanaman Pangan bidang Tanaman Darurat Dispertan Kendal, Wildan Yonansyah. (DOK. PRIBADI/JOGLO JATENG)

KENDAL, Joglo Jateng – Tanaman Jagung masih menjadi produksi unggulan petani di Kabupaten Kendal. Ribuan petani yang tersebar di sejumlah kecamatan di Kendal, menjadikan jagung sebagai komoditas utama dalam bercocok tanam.

Hal ini berdampak pada peningkatan hasil produksi jagung di Kendal. Data yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Kendal menyebut, hasil panen petani 2024 mencapai 70 kuintal per hektar.

Jumlah itu naik dibanding 2023 yang hanya mencapai 67 kuintal per hektar. Meskipun kenaikan tidak terlalu signifikan, namun peralihan bibit varietas yang dipilih para petani cukup menentukan hasil panen.

Sub Koordinator Tanaman Pangan bidang Tanaman Darurat Dispertan Kendal Wildan Yonansyah mengatakan, mayoritas petani Kendal telah beralih menggunakan bibit varietas jagung Pioneer P27. “Memang sekitar 12 tahun terakhir ini bibit Pioneer P27 banyak yang ditanam warga. Karena dari warga sendiri sudah merasakan hasil panen yang besar dan melimpah,” katanya, Selasa (4/2/25).

Wildan menerangkan, hampir semua petani di Kendal menanam jagung. Jumlah petani yang paling banyak menanam jagung berada di Kecamatan Gemuh, Patean dan Sukorejo. “Tanahnya di sini cocok untuk menanam jagung,” terangnya.

Selain peralihan bibit varietas, ia menuturkan kenaikan produksi jagung juga dipengaruhi faktor petani, yang mampu membuat obat pemusnah hama secara mandiri. Dikatakan, petani biasanya telah mempelajari cara hama menyerang tanaman jagung miliknya, lalu membuat obat yang ampuh.

“Petani sekarang di sini itu sudah beradaptasi ya, artinya mereka bisa membuat obat untuk mengatasi hama jagung,” terangnya.

Sementara itu, petani di Desa Triharjo Gemuh, Ngatmin menuturkan, telah mengadu nasib menjadi petani jagung sekitar 30 tahun lebih. Selama itu, ia telah bergonta-ganti bibit untuk menghasilkan produk berkualitas bagus.

“Saya tani jagung sejak usia muda. Ya pernah gagal panen, terus ganti bibit. Pernah juga saya panen tapi malah tombok gara-gara hasilnya tidak sesuai. Akhirnya ganti terus sampai ketemu bibit jagung Pioneer P27 ini, Alhamdulillah sekarang saya puas.” ujarnya.

Di masa senjanya, Ngatmin yang berusia 75 tahun kini masih kuat menempuh jarak jauh dan menanam bibit jagung di 8 petak lahan miliknya. Ia bahkan pernah mendapati harga jagung mencapai Rp 6.700 per kilogram.

Harga itu, menurutnya cukup tinggi dibanding menggunakan hasil panen dari bibit lain. “Untuk jagung Pioneer P27 ini kan memang besar bijinya, terus jagungnya juga besar-besar,” imbuhnya.(ags/sam)