Figur  

Prof Muladi, Intelektual-Politisi yang tidak Mudah Marah

Prof. Dr. H. Muladi, S.H,
KETERANGAN: Pakar Hukum Prof Muladi saat memberikan keterangan pers di Jakarta, beberapa waktu lalu. (ANTARA/ JOGLO JATENG)

SEMARANG – Tahun 2020 juga diakhiri dengan kabar duka yang cukup mendalam. Salah satu tokoh kehakiman Tanah Air yang tersohor telah berpulang ke sisi Tuhan Yang Maha Esa. Pada 31 Desember 2020 lalu, Prof. Dr. H. Muladi, S.H, seorang akademisi, hakim, sekaligus politisi ulung asal Jawa Tengah meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

Pria yang dikenal sebagai akademisi, politisi dan pakah hukum ini mulai karir sebagai ketua jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang pada tahu 1977 hingga 1979. Ia juga pernah menempuh pendidikan doktor di Universitas Padjajaran Bandung tanpa melalui jalur Magister terlebih dahulu pada tahun 1982. Muladi berhasil menyelesaikan studi doktoralnya selama selama dua tahun dengan predikat kelulusan yang sempurna (cumlaude).

Selamat Idulfitri 2024

Dua tahun pasca mendapat gelar doktor, tepatnya pada tahun 1986, ia diangkat sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. Berbekal kepiawaiannya, ia membuat gebrakan di fakultas yang dipimpinnya dengan membuka program Studi Magister dan Doktor yang tidak pernah ada sebelumnya.

Baca juga:  Suka Hunting Foto di Tempat Unik

Setelah melewati jabatan Dekan selama dua periode, karir akademik Prof. Muladi terus menanjak. Tahun 1992-1993 ia diangkat menjadi Ketua Program Pascasarjana Fakultas Hukum Undip. Pada saat yang sama ia ditunjuk sebagai National Correspondent Indonesia di Commission of Crime Prevention and Criminal Justice, ECOSO PBB (1992-1998).

Lalu, terpilih secara aklamasi sebagai Rektor Undip pada tahun 1994 merupakan pencapaian puncaknya sebagai akademisi. Sejak saat itu, ia melepas jabatan sebelumnya sebagai anggota MPR-RI Fraksi urusan daerah yang sudah diembannya sejak tahun 1992.

Beberapa tahun berselang, karir politik Muladi semakin cemerlang. Ia diminta oleh presiden Soeharto untuk memimpin Kementerian Kehakiman pada tahun 1998. Setelah presiden soeharto lengser, ia masih dipercaya memimpin Kementerian Kehakiman oleh presiden BJ. Habibie. Saat itu ia juga merangkap sebagai Menteri Sekretaris Negara dalam Kabinet Reformasi Pembangunan.

Baca juga:  Dari Jualan Minuman Sachet ke Omzet Jutaan Rupiah: Kisah Sukses Seblak Minion di Jepara

Pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ia dipercaya menjadi Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lembahanas) dari tahun 2005 sampai 2011. Muladi juga merupakan salah satu tokoh yang mendapatkan penghargaan Bintang Maha Putra dari tiga presiden yang berbeda, sebuah pencapaian karir politik yang menganggumkan.

Memiliki karir yang cemerlang di bidang politik dan akademik tidak menutup peran Muladi sebagai seorang kepala keluarga yang baik. Di mata anak dan istrinya, dikenal sebagai sosok pengayom yang tak pernah marah. Hal itu dikonfirmasi oleh anak sulungnya, Rina Irawanti.

Rina menyampaikan bahwa sosok Prof. Muladi adalah sosok yang bertanggung jawab terhadap keluarga. Meski dengan berbagai kesibukan yang ada, ia tak pernah lalai atas tugasnya sebagai kepala rumah tangga, ia selalu meluangkan waktunya untuk keluarga.

Baca juga:  Fida'ulmu Fidah: Raih Emas Puitisasi Al-Quran dengan Sajak Indah dari Ayat Suci

“Bapak itu sosok yang luar biasa, sangat membanggakan kami selaku keluarganya. Ia sosok yang penyayang, tidak pernah marah,” ujar Rina.

Wanita yang menjabat sebagai Sekretaris Dinas (Sekdin) Sosial Provinsi Jawa Tengah menjelaskan, ayahnya adalah orang yang sangat cerdas dalam pikiran dan bijak dalam tingkah laku. Ia juga menyebut, orang seperti ayahnya sangat jarang ditemui di Indonesia.  Ketekunan dan komitmennya untuk belajar selalu menjadi nilai yang dapat diambil oleh banyak orang, tidak hanya keluarganya.

“Bapak itu udah seperti Google berjalan yang tahu segala hal. Ia bahkan tahu banyak hal secara mendetail. Jarang ada sosok seperti bapak di Indonesia,” tambahnya. (cr3/akh)