Tingkatkan Hasil Belajar Suhu dan Kalor Melalui Model EKSI

Oleh: Karmiantini, S.Pd
Guru Kelas SD Negeri Prigi 2 Kebonagung

SUHU dan kalor merupakan materi di kelas V pada muatan pelajaran IPA sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar (Susanto, 2013:165). IPA merupakan studi mengenai alam sekitar. Sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan tetapi juga mempelajari dan memahami alam sekitar. IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan belajar IPA siswa diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat. Ilmu Pengetahuan Alam juga merupakan proses untuk memahami bagaimana untuk mengumpulkan fakta-fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk menginterpretasikannya. Dalam pembelajaran IPA SD/MI, memiliki ciri khas yang berbeda dengan pembelajaran lainnya, dalam pembelajaran IPA siswa harus dibiasakan untuk melaksanakan eksperimen, observasi, mengumpulkan data, menguji konsep dan menarik kesimpulan.

Selamat Idulfitri 2024

Kondisi di kelas V SD Negeri Prigi 2 Kebonagung hasil belajar mereka belum memuaskan utamanya pada materi suhu dan kalor. Penyebabnya yaitu: (1) kegiatan belajar mengajar lebih banyak didominasi guru sehingga siswa terlihat lebih pasif, (2) guru tidak menggunakan media gambar atau media yang lainnya dalam menjelaskan suatu konsep kepada siswa, sehingga penjelasan guru terlalu abstrak, dan (3) guru kurang mampu memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi masalah di atas, perlu adanya pemecahan masalah yaitu mengubah proses pembelajaran dengan melibatkan siswa agar lebih aktif serta mengetahui hasil belajar siswa pada materi suhu dan kalor. Untuk itu perlu dikembangkan model

Model EKSI merupakan singkatan dari model pembelajaran EKSPLORATIF yang dikolaborasikan dengan metode RESITASI. Eksploratif atau Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu fenomena, sedangkan model pembelajaran eksploratif adalah suatu perencanaan pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk mencari dan menghimpun informasi serta pengalaman yang baru dari situasi yang baru di lapangan. Pembelajaran eksploratif merupakan suatu pembelajaran yang bertujuan untuk menggali ide-ide, argumen-argumen dan cara-cara yang berbeda dari siswa melalui sejumlah pertanyaan-pertanyaan terbuka dan perintah-perintah sehingga dapat mengantarkan siswa kepada pemahaman suatu konsep serta penyelesaian masalah-masalah. Kelebihan Pendekatan Eksploratif yaitu 1)Pada pendekatan ini siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih bermakna. 2)Pendekatan ini mudah untuk dikombinasikan dengan pendekatan yang lain. 3)Terdapat interaksi antar siswa, sehingga menumbuhkan sifat kerjasama, menghargai pendapat dan bertanggung jawab. 4)Dengan adanya media dan kombinasi dengan pendekatan yang lain, maka pembelajaran akan lebih efektif dan menarik minat siswa untuk belajar. 5)Melalui percobaan, siswa dapat menambah pengalaman dan penguatan terhadap materi yang dipelajarinya, hal ini sejalan dengan filsafat cina yang sebelumnya sudah dibahas di atas. Kekurangan Pendekatan Eksploratif yaitu 1)Jika guru belum memahami berbagai jenis pendekatan, maka akan kesulitan dalam mengkombinasikannya. 2)Menuntut fasilitas yang lengkap dalam pembelajaran, seperti laboratorium, studio, dan lapangan.

Sedangkan metode resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Kelebihan Metode Resitasi yaitu Pengetahuan siswa akan lebih luas dan sifat verbalismenya akan semakin berkurang. 2. Siswa lebih mendalami dan menglami sediri pengetahuan yang di carinya, sehingga pengetahuan itu akan tinggal lama dalam ingatan jiwanya. 3. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktifitas belajar individu atau kelompok. 4. Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru. 5. Dapat menumbuhkan kreatifitas, usaha, tanggung jawab, dan sikap mandiri siswa, serta memperkaya pengetahuan dan pengalaman siswa. Kelemahan Metode Resitasi (tugas), antara lain: 1. Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia mengerjakan tugas atau orang lain yang mengerjakan. 2. Sulit memerikan tugas yang sesuai dengan masing-masing individu. 3. Khusus untuk tugas kelompok tidak jarang yang aktif mengerjkan dan menjelasakan hanyalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota yang lain tidak ikut berpartisipasi dengan baik. 4. Sering memberikan tugas yang monoton, dan menimbulkan kebosanan. 5. Penggunaan metode resitasi (tugas) dalam meningkatkan kesiapan dan hasil mata pelajaran Sosiologi.

Penerapan model pembelajaran eksploratif yang dikolaborasikan dengan metode resitasi dalam pembelajaran IPA pada materi “suhu dan kalor” pada siswa kelas V SD Negeri Prigi 2 Kebonagung nyatanya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil belajar secara klasikal. (*)