Pati  

Marketday MTs Tarbiyatul Islamiyah: Latih Siswa Berwirausaha Sejak Dini

KREATIF: foto bersama guru pengampu P5RA dengan siswa-siswi MTs Tarbiyatul Islamiyah Lengkong, Batangan dengan menunjukkan hasil kreasi jualannya, beberapa waktu lalu. (NUR MAIDAH /JOGLO JATENG)

PATI, Joglo Jateng – MTs Tarbiyatul Islamiyah Lengkong, Batangan menggelar kegiatan marketday sebagai bagian dari program Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, belum lama ini. Kegiatan ini diikuti seluruh kelas 7 dan 8 untuk melatih kemampuan berwirausaha siswa-siswi sejak dini melalui pembelajaran berbasis praktik langsung

Marketday kali ini mengusung tema kewirausahaan. Pasalnnya produk yang dijual beragam, mulai dari makanan hingga minuman. Kelas 7A, misalnya, menjual brownies, dimsum, dan kentang goreng. Kelas 7B menghadirkan es lumut, es degan, dan basreng. Sementara itu, kelas 7C menawarkan mie cuan, ceker mercon, dan pentol mercon.

Untuk kelas 8, berbagai jajanan kekinian turut dijajakan. Kelas 8A menjual es cemil, keju aroma, dan pangsit chili oil. Kelas 8B menghadirkan es kuwut, es matcha, serta lumpia sosis pedas. Kelas 8C menjual moci, risol mayo, pisang coklat, dan es jeli. Terakhir, kelas 8D menawarkan nugget tahu sayur, sosis crispy, dan spaghetti mini.

Guru pengampu P5, Alimatul Fitria mengatakan, pembelajaran kewirausahaan ini diterapkan melalui tiga tahapan utama. Yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Pada tahap persiapan, siswa diajarkan konsep dasar wirausaha. Seperti cara menghitung keuntungan, menentukan target pasar, strategi pemasaran, hingga mengelola modal dan keuangan.

“Siswa juga dilatih untuk percaya diri dan berani berkomunikasi dengan pelanggan,” ujar Alimatul.

Tahap pelaksanaan melibatkan pembagian tugas di antara siswa. Mulai dari mempersiapkan produk, melayani pelanggan, hingga bertugas sebagai kasir. Siswa juga membuat konsep promosi, seperti mendesain pamflet untuk menarik pembeli.

Setelah kegiatan selesai, dilakukan evaluasi. Setiap kelompok berdiskusi untuk mengidentifikasi kendala dan solusi dalam pelaksanaan marketday. Guru memberikan evaluasi dan siswa diminta untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah didapatkan. Kegiatan marketday ini disambut antusias oleh para siswa.

“Mereka sangat bersemangat karena belajar di luar kelas sambil berjualan itu menyenangkan. Apalagi saat berbicara tentang keuntungan, siswa sangat termotivasi,” tambahnya.

Alimatul mengungkapkan, tidak sedikit kendala yang dihadapi, terutama karena mayoritas siswa merupakan anak pondok. Keterbatasan waktu dan tempat memasak menjadi tantangan utama. Untuk mengatasinya, siswa diminta bekerja sama dengan orang tua untuk menyediakan produk jualan.

Ia berharap kegiatan ini dapat menanamkan karakter positif, seperti disiplin, tanggung jawab, kejujuran, dan kepercayaan diri. Ia juga berharap siswa mampu menerapkan ilmu kewirausahaan yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

“Ke depan, kegiatan marketday ini akan terus dikembangkan, tidak hanya dilakukan sekali, tapi berkelanjutan. Bahkan, siswa bisa mulai menerapkan konsep pre-order agar tetap bisa belajar sambil berjualan tanpa mengganggu waktu sekolah,” pungkasnya. (cr7/fat)