KUDUS, Joglo Jateng- Menjelang Ramadan, jumlah pengunjung Museum Jenang di Kudus mengalami fluktuasi. Jika pada masa liburan akhir tahun kunjungan cukup tinggi, memasuki musim hujan dan puasa, angka pengunjung cenderung mengalami penurunan.
“Kalau mendekati bulan Ramadan, biasanya lebih sepi. Mungkin karena faktor cuaca ekstrem dan berkurangnya aktivitas luar ruangan. Namun, setelah Idulfitri, jumlah pengunjung kembali meningkat, terutama karena banyak keluarga yang datang ke Kudus dan berbelanja oleh-oleh,” ujar Kepala Museum Jenang, Tri Hartanto, Senin (3/2/25).
Sejak didirikan pada 2017, Museum Jenang berusaha menjadi wahana edukasi bagi masyarakat, terutama anak-anak sekolah. Selama tiga tahun pertama, pengunjung bisa masuk secara gratis sebagai bagian dari strategi promosi.
Setelah pandemi, museum mulai menerapkan tarif masuk secara bertahap. Dari Rp 5.000 hingga kini Rp 15.000 per orang. Untuk sekolah-sekolah, tersedia paket khusus yang dikombinasikan dengan produk museum.
Tri Hartanto menyebutkan, Museum Jenang telah menjadi materi muatan lokal SD dan SMP di Kudus. Buku pelajaran di jenjang SD bahkan pernah menampilkan museum ini sebagai bagian dari pembelajaran sejarah dan budaya lokal. Hal ini sejalan dengan tujuan museum untuk memberikan pengalaman edukatif bagi siswa melalui kunjungan langsung.
Secara rata-rata, jumlah pengunjung museum mencapai 300-400 orang per hari atau sekitar 7.000 orang per bulan. Tren ini biasanya meningkat saat program outing class sekolah berlangsung. Namun, pada bulan Ramadhan, pengunjung cenderung menurun karena aktivitas luar ruangan berkurang.
“Kami tidak ingin puas diri. Kami terus melakukan inovasi dan promosi, baik melalui media sosial maupun kerja sama dengan sekolah-sekolah,” tambah Tri.
Dengan pendekatan yang fleksibel dan dinamis, Museum Jenang terus berupaya menjadi destinasi wisata edukasi yang menarik di Kudus. Baik bagi wisatawan lokal maupun luar daerah. (cr7/fat)