Oleh: Rondiyah, S.Pd.
Guru TK Negeri Pembina, Kec. Gajah, Kab. Demak
PENDIDIKAN Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya ialah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh, atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak (Ulfah, 2015:17). Oleh karena itu, PAUD memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kepribadian dan potensi secara maksimal.
Salah satu perkembangan yang dianggap amat penting pada anak adalah perkembangan kognitif. Kemampuan kognitif diperlukan oleh anak untuk mengembangkan pengetahuannya tentang apa yang dilihat, didengar, dirasa, diraba ataupun dicium melalui panca indra yang dimilikinya. Di Taman Kanak-kanak dan lembaga pendidikan yang sejenis lainnya, pengembangan kognitif dikenal juga dengan istilah pengembangan daya pikir. Proses kognitif berhubungan erat dengan tingkat kecerdasan seseorang dengan berbagai minat yang ditujukan kepada ide-ide dan belajar.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan anak secara berulang-ulang, yang dilakukan demi kesenangan dan tidak ada tujuan atau sasaran akhir yang dicapai. Bermain peran adalah salah satu cara terbaik untuk membantu anak-anak mengekspresikan dirinya. Mereka bebas untuk mengekspresikan perasaan mereka, sehingga anak menjadi lebih kreatif. Sering kali, guru menemukan bagaimana anak-anak mengutarakan apa yang mereka rasakan melalui percakapan yang di dengarkan pada saat kegiatan bermain drama berlangsung.
Hasil observasi dan wawancara secara keseluruhan menunjukkan bahwa pembelajaran di TK di Kecamatan Karanganyar kurang mengembangkan permainan drama. Pembelajaran dengan bermain drama hanya berpusat pada guru dan guru hanya menggunakan panduan dari buku teks, sehingga permainan drama monoton. Cerita dalam bermain drama tidak mengembangkan budaya lokal, sehingga anak kurang mengenal budaya lokal dan tidak aktif bermain drama.
Menurut Sudikan (2013: 42) kearifan lokal adalah sikap, sudut pandang, dan kemampuan masyarakat dalam mengelola lingkungan mental dan fisiknya, yang memberikan keleluasaan dan kekuatan kepada masyarakat untuk berkembang di daerah tempat masyarakat itu berada. Nilai kearifan lokal yang terkandung dalam kekayaan budaya lokal berupa tradisi, peribahasa dan slogan-slogan kehidupan (Kanzunnudin, 2014).
Berdasarkan analisis dan hasil penelitian sebelumnya, diperlukan pengembangan buku panduan bermain drama berbasis budaya Demak untuk anak TK yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak tentang budaya lokal sambil bermain. Pengembangan buku panduan bermain drama perlu dilakukan untuk memaksimalkan metode bermain drama dalam pembelajaran.
Kegiatan bermain drama berbasis kearifan lokal dapat menanamkan kepada anak-anak untuk tahu, sadar, dan peduli dengan cerita rakyat, makanan, budaya asli daerah. Kearifan lokal sebagai budaya daerah juga tersebar di berbagai wilayah Indonesia dengan berbagai karakteristik dan keunikan masing-masing (Kartikawangi, 2017). Hal tersebut merupakan bentuk kebanggaan bagi bangsa Indonesia, karena memiliki keberagaman yang banyak namun tetap utuh dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Pengembangan media pembelajaran dan hasil penelitian yang relevan, maka pengembangan buku panduan bermain drama berbasis budaya Demak sangat tepat untuk dikembangkan. Hal ini karena buku panduan bermain drama berbasis budaya Demak dikembangkan sesuai materi dan kurikulum TK. Selain itu buku panduan bermain drama berbasis budaya Demak mengandung unsur pengenalan budaya daerah.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di uraikan pada pengembangan buku panduan bermain drama berbasis budaya Demak, dapat disimpulkan bahwa (1) Diperlukan pengembangan buku panduan bermain drama berbasis budaya sesuai dengan analisis kebutuhan guru dan anak TK terhadap media pembelajaran dalam bermain drama. (2) Pengembangan buku panduan bermain drama berbasis budaya merupakan buku ajar atau acuan bagi guru untuk mengajar bermain drama. Dengan bermain drama berdasarkan buku panduan, maka akan mengajarkan anak untuk belajar budaya daerah, sehingga budaya daerah dapat dilestarikan melalui permainan drama
Saran pengembangan media perlu menyesuaikan materi media dengan tujuan yang ingin dicapai, baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sehingga kelengkapan material media bisa terpenuhi dan dapat memberikan persepsi yang lebih baik kepada sasaran. (*)