Pembelajaran dengan Media Loose Part di Merdeka Belajar

Oleh: Suminah, S.Pd.
Guru TK Negeri Pembina, Kec. Gajah, Kab. Demak

PENGGUNAAN media loose part dalam pembelajaran di kelas sudah optimal untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini. Karena media pembelajaran loose part ini merupakan media yang menyenangkan, sehingga anak tidak mudah bosan serta dapat menciptakan sebuah karya hasil dirinya.

Dunia anak adalah dunia permainan. Dalam kehidupan anak, sebagian besar waktunya digunakan untuk kegiatan bermain. Anak-anak dapat menggunakan kegiatan permainan untuk menjelajahi dunia mereka, menumbuhkan kemampuan mereka untuk menghadapi dunianya, dan memupuk kreativitas (Wiyani, Ardy, dan Baswari, 2012:93).

Media loose part memiliki beberapa karakteristik, di antaranya sebagai berikut. Pertama, menarik. Loose part seperti magnet bagi anak, karena bisa membuat mereka memiliki rasa keingintahuan dan ketertarikan satu sama lain. Seperti pada batu, balok, bunga pinus, daun kering, dan bahan lainnya mudah ditemukan dilingkungan sekitar. Hal tersebut akan membuat anak menjadi tertantang. Sehingga mereka akan berkreasi dengan maunya sendiri.

Kedua, membuka. Merupakan bagian yang longgar. Terutama memungkinkan aktivitas anak tidak dibatasi. Penggunaan bagian media ini tidak tunggal, melainkan bervariasi tergantung dengan kreativitas dan imajinasi masing-masing anak. Ketika anak merancang dan membangun dengan balok mereka bertindak sebagai insinyur. Ketiga, dapat bergerak atau dipindah-pindahkan (Imamah dan Muqowim, 2020:273).

TK Negeri Pembina menggunakan bahan loose part seperti kerang, batu-batuan, biji-bijian, pelepah dan daun pisang yang kering. Kemudian cangkang bekicot, bunga pinus, kayu, plastik, logam, keramik, kemasan, dan masih banyak lagi. Penggunaan bahan loose part dalam kegiatan pembelajaran di taman kanak-kanak sangat mendukung untuk mengembangkan sosial emosional mereka. Yakni mencakup aktualisasi diri, ilmu pengetahuan, mengatur diri, membangun harga diri, dan keterampilan sosial.

Pada aspek motori kasar, kemampuan motorik halus dan koordinasi mata, tangan anak akan berkembang. Kemampuan kognitif akan muncul berbarengan dengan kebebasan anak berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Kemampuan bahasa mencakup kosa kata, kemampuan berkomunikasi, dan fungsi bahasa. Aspek bahasa pada umumnya akan terlihat pada saat anak menyampaikan ide atau pendapat sesuai yang ingin disampaikan serta membuat perencanaan dengan teman sebaya.

Konsep merdeka belajar sangat sesuai dengan pembelajaran di taman-kanak. Yaitu dengan mengedepankan kemauan anak serta memenuhi hak anak yaitu bermain. Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan anak usia dini dapat memberikan pembelajaran yang bermakna bagi anak.

Kebutuhan tentang pendidikan yang diinginkan anak harus disesuaikan dan dilengkapi dengan bahan ajar atau menggunakan media pembelajaran yang bervariasi. Dimulai dari lingkungan terdekat. Dalam pembelajaran, guru menggunakan media konkret dan metode saintifik. Dimana anak diberikan kesempatan untuk mengamati, bertanya, menalar, atau mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan berkomunikasi.

Kegiatan yang berbasis media loose part menjadi solusi yang tepat dan efektif untuk meningkatkan berbagai aspek perkembangan anak. Media ini akan membuat anak menjadi senang dalam melakukan aktivitas yang mengasah mereka untuk berkreasi sesuai dengan imajinasinya. Guru juga tidak secara langsung mengenalkan kepada anak untuk menghargai barang bebas yang biasa digunakan, juga mengajak mereka untuk melestarikan lingkungan sekitar. Yakni dengan memanfaatkan barang bekas yang masih layak untuk digunakan.

Media pembelajaran berbahan loose part dapat membangun merdeka belajar anak usia dini dengan kebebasan bermain. Guru menerapkan strategi seperti penataan lingkungan yang berbeda, penggunaan bermacam bahan loose part. Kemudian pertanyaan-pertanyaan terbuka yang diajukan baik dari guru mau dari anak, kebebasan memilih kegiatan main. Lalu memilih bahan yang digunakan pada saat proses. Hasil karya yang telah diamati diharapkan dapat membangun kemerdekaan belajar bagi anak usia dini secara optimal. (*)