Oleh: Ida Winarti, S.Pd
Guru SDN 02 Samong, Kec. Ulujami, Kab. Pemalang
MENURUT Ruminiati (2008:1), pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik. Selanjutnya, Aryani dan Susatim (2010:40) berpendapat, PKn bagi bangsa Indonesia berarti pendidikan pengetahuan, sikap mental, nilai-nilai, dan perilaku yang menjunjung tinggi demokrasi. Sehingga terwujud masyarakat yang demokratis dan menjaga persatuan dan integrasi bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, serta demokratis. PKn memiliki keterkaitan erat dengan pendidikan nilai. Pendidikan nilai menyatukan berbagai permasalahan yang menyangkut preferensi personal ke dalam satu kategori yang disebut nilai-nilai, yang dibatasi sebagai petunjuk umum perilaku kehidupan.
Pembelajaran PKn harus dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis. Yakni agar siswa memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Oleh karena itu, ada dua hal yang harus diperhatikan guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKn di kelas. Yaitu bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode pembelajaran.
Partisipasi aktif siswa sangat berpengaruh pada proses perkembangan berpikir, emosi, dan sosial. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa adalah menggunakan media dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa membuatanya secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Beberapa hal yang mempengaruhi proses pembelajaran di kelas yaitu guru, keaktifan siswa, sarana dan prasarana, metode, dan media pembelajaran. Aktivitas siswa dapat berupa aktivitas pribadi maupun kelompok. Sementara itu, prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh proses pembelajaran di sekolah.
Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau siswa dalam mempelajari materi pelajaran dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes sejumlah materi pelajaran tertentu. Hasil belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan bahwa dia telah berhasil dalam belajar. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan usaha untuk mencapai hasil belajar dari proses belajar mengajar dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal.
Media pembelajaran sifatnya lebih mengkhusus. Maksudnya, media pendidikan yang secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu telah dirumuskan secara khusus. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media.
Salah satu media yang dapat digunakan oleh guru dalam upaya meningkatkan pemahaman hasil belajar siswa adalan penggunaan media audiovisual. Yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam, seperti film bingkai suara (sound slide). Slide bersuara merupakan suatu inovasi dalam pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran dan efektif membantu siswa dalam memahami konsep yang abstrak menjadi lebih konkret (mengkonkretkan suatu yang bersifat abstrak). Media pembelajaran audiovisual adalah media penyaluran pesan dengan memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan (Sukiman, 2012:184).
Penggunaan media audiovisual lebih mendekatkan peserta didik dengan nyatanya sehingga lebih mudah memahaminya. Penggunaan media audiovisual diharapkan dapat mencapai peningkatan pemahaman hasil belajar murid. Untuk mengetahuai secara pasti pengaruh penggunaan media audiovisual dalam upaya peningkatan pemahaman hasil belajar murid, perlu dilakukan penelitian secara mendalam.
Langkah penggguanaan media audiovisual dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, mempersiapkan laptop, sound, kabel, dan video yang akan ditayangkan. Kedua, memperhatikan posisi duduk peserta didik dalam keadaan nyaman. Ketiga, pada saat akan mengajak peserta didik menyimak video, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan teknis pembelajaran. Keempat, peserta didik siap menyaksikan tayangan video. (*)