Oleh: Sujilah, S.Pd
Guru SDN 3 Japan, Kec. Dawe, Kab. Kudus
SEGALA sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan materi pembelajaran sehingga mampu membangkitkan antusiasme, minat, daya pikir, dan semangat peserta didik dalam proses pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dapat disebut sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, sebagai seorang pendidik hendaknya mampu dalam mewujudkan media pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan. Salah satunya melalui permainan.
Bermain merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi setiap anak. Dorothy (dalam Simon, 2007:8) mengemukakan bahwa terdapat beberapa bentuk permainan yang cocok untuk digunakan pada siswa di sekolah dasar. Yakni meliputi permainan eksplorasi, permainan energik, permainan kemahiran, permainan sosial, permainan imajinatif, dan puzzle.
Permainan-permainan tersebut sangat tepat untuk diimplementasikan pada peserta didik di sekolah dasar. Karena sesuai dengan karakteristik mereka yang memiliki rasa ingin tahu begitu tinggi, senang mengeksplorasi alam dan lingkungan sekitar, serta ingin mencoba banyak hal-hal baru.
Oleh karena itu, sebuah permainan layak untuk dijadikan sebagai media pembelajaran, salah satunya yakni pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) di sekolah dasar. Senada dengan hal tersebut, penerapan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka juga mengacu pada model pembelajaran inkuiri. Dimana peserta didik diharapkan mampu untuk berpikir secara kritis dan kreatif sehingga dapat mengeksplorasi alam dan sekitarnya.
Pendidikan IPA diajarkan untuk menemukan dan mengimplementasikan sesuatu. Sehingga hal tersebut dapat membantu peserta didik dalam memperoleh pemahaman secara lebih mendalam terkait keadaan alam yang ada disekitar. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media permainan yang mampu menyajikan aspek visual dengan berbasis petualangan dirasa begitu cocok bagi pembelajaran IPA di sekolah dasar. Karena media visual dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret pada beberapa permasalahan yang terjadi pada pembelajaran materi Sistem Pencernaan Manusia.
Dari hasil wawancara tersebut dapat diperoleh penjelasan bahwasannya, peserta didik penalarannya masih begitu lemah apabila hanya diberikan pengetahuan berupa teori saja. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka peneliti ingin mengembangkan sebuah media pembelajaran yang diharapkan mampu untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran IPA.
Materi pembelajaran IPA yang dibahas dalam media permainan ini yaitu mengenai materi Sistem Pencernaan pada Manusia bagi siswa sekolah dasar. Materi ini begitu penting untuk diajarkan pada siswa sekolah dasar.
Salah satu permainan yang dikembangkan berupa permainan Truth or Dare. Permainan ini dimainkan bersama dengan teman sebaya sehingga dianggap lebih mudah dalam meningkatkan semangat serta motivasi belajar peserta didik.
Permainan Truth or Dare merupakan permainan yang cara bermainnya dilakukan secara berkelompok dengan menggunakan dua macam kartu. Yakni kartu “truth” yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti “kebenaran” dan kartu “dare” yang berarti “keberanian”.
Sesuai dengan maknanya, maka dua macam kartu tersebut juga memiliki ciri khas yang berbeda. Dimana kartu “truth” berisikan pertanyaan yang membutuhkan opsi jawaban “benar” atau “salah”. Sedangkan pada kartu “dare” berisikan pertanyaan yang membutuhkan jawaban berupa uraian atau penjabaran dengan disertai alasan yang logis.
Penggunaan media Truth or Dare mampu mendorong peserta didik untuk berperan secara aktif dalam proses pembelajaran. Sebab melalui media ini aktivitas pembelajaran di kelas dapat berjalan secara interaktif. Sehingga tercipta suasana belajar menjadi lebih hidup, efektif, dan menyenangkan.
Maka dari itu, melalui adanya media Truth or Dare diharapkan peserta didik dapat lebih bersemangat untuk belajar. Sehingga nantinya dapat berdampak positif terhadap hasil belajarnya. Barangkali bisa dicoba untuk pembelajaran di kelas. (*)